Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyatakan, fokus perhatian pemerintah saat ini adalah menyelamatkan warga di sekitar Gunung Merapi dan mencegah penambahan korban akibat letusan gunung tersebut.

"Kita konsentrasi bagaimana menyelamatkan yang ada, jangan sampai jatuh korban lagi," kata Agung ketika ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

Agung mengatakan hal itu menanggapi pertanyaan wartawan terkait aktivitas Gunung Merapi yang kembali meningkat pada Jumat pagi. Terkait hal itu, menurut Agung, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan memberikan instruksi secara lebih rinci.

Menko Kesra meminta masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merapi, terutama yang ada di wilayah berbahaya, untuk berkoordinasi dengan aparat pemerintah yang ada.

Dia meminta masyarakat untuk menaati instruksi aparat yang berwenang, demi keselamatan mereka.

Agung membenarkan ketentuan jarak aman telah ditingkatkan dari 15 kilometer menjadi 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Peningkatan jarak aman itu dilakukan menyusul aktivitas Merapi yang semakin meningkat.

Akibat peningkatan aktivitas Merapi pada Jumat pagi, kata Agung, puluhan orang meninggal dan luka parah. Selain itu, pemukiman penduduk rusak akibat tersapu awan panas.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X sebelumnya telah meminta warga untuk mematuhi ketentuan jarak aman, harus lebih dari 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Patuhi ketentuan itu agar kita terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan," katanya di Yogyakartga, Jumat.

Sultan juga mengingatkan warga untuk menggunakan masker jika berada di luar rumah, karena abu dan pasir vulkanik masih beterbangan di wilayah Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman.

"Masker sangat penting untuk dipakai warga jika berada di luar rumah, apalagi jika berkendaraan bermotor roda dua," katanya.

Ia meminta kepada masing-masing pemerintah kabupaten/kota di provinsi itu untuk mengusahakan pengadaan masker bagi warga masyarakat.

Mengenai aktivitas perkantoran, sekolah, perguruan tinggi, maupun perdagangan di Yogyakarta, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu berharap tidak sampai terhenti, tetapi kemungkinan hanya terhambat.
(T.F008/S018/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010