Kandahar (ANTARA News/AFP) - Ledakan bom sepeda menewaskan tiga anak dan melukai enam warga sipil di Afghanistan selatan, Rabu, sementara NATO mengumumkan bahwa serangan udaranya tanpa sengaja menewaskan seorang warga sipil.

Anak-anak yang tewas itu sedang menjual bunga plastik dan kertas ketika ledakan itu terjadi di sebuah kamp dekat kota Kandahar, kata polisi kepada AFP. Kamp itu merupakan tempat kedatangan jamaah haji dari Mekkah.

Sebagian besar dari mereka yang cedera adalah supir taksi yang menunggu di kamp itu. Tidak ada jamaah haji di kamp tersebut pada saat ledakan itu.

"Tiga anak tewas dan enam orang tua cedera," kata kepala kepolisian provinsi Jendral Mohammad Khan Mujahid kepada AFP.

Kubangan darah terlihat di halaman parkir tempat bom itu meledak, kata seorang wartawan AFP, dengan menambahkan bahwa serpihan sepeda yang hancur dan bunga plastik dan kertas masih berada di sekitar lokasi kejadian.

Bom itu diledakkan dari jarak jauh, kata beberapa pejabat daerah dalam sebuah pernyataan yang juga mengkonfirmasi jumlah kematian.

Kamp itu dibangun bagi keluarga yang menyambut kedatangan jamaah haji yang kembali dari Mekkah, dengan tujuan menghindarkan kerumunan massa dari bandara setempat, yang juga merupakan pangkalan utama militer bagi pasukan NATO.

Sementara itu, pasukan internasional mengumumkan bahwa serangan salah satu pesawatnya tanpa sengaja menewaskan seorang warga sipil dan melukai dua anak di Marjah di provinsi berdekatan Helmand pada Selasa.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mengirim tim ke daerah itu untuk menyelidiki insiden tersebut.

Kekerasan meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun ini ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sedikitnya 692 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun ini, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.

Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010