Montreal (ANTARA News/AFP) - Seorang prajurit Kanada yang sedang patroli jalan kaki tewas dalam ledakan bom pinggir jalan di sebuah distrik bergolak Afghanistan selatan, kata kementerian pertahanan, Minggu.

Kopral Steve Martin tewas Sabtu dalam ledakan bom rakitan di daerah Panjwa`i di provinsi Kandahar. Martin bertugas di Resimen 22 Kerajaan di Valcartier, Quebec.

Perdana Menteri Kanada Stephen Harper mengungkapkan bela-sungkawa kepada keluarga prajurit itu.

"Atas nama seluruh rakyat Kanada, saya menyampaikan simpati paling dalam kepada keluarga dan kerabatnya pada sulit ini," kata PM tersebut Minggu dalam sebuah pernyataan.

"Kopral Martin adalah seorang Kanada berani yang telah rela berkorban demi negaranya. Kita tidak akan pernah melupakan keberanian dan pengorbanan Kopral Martin yang bertujuan memberikan kehidupan yang lebih baik kepada yang lain," katanya.

Dengan kematian Martin, jumlah prajurit Kanada yang tewas di Afghanistan menjadi 154.

Bulan ini Harper mengumumkan rencana untuk mengirim 950 pelatih militer ke sebuah pangkalan di Kabul sampai 2014 dalam peran non-tempur untuk membantu pasukan Afghanistan mengambil alih keamanan, setelah penarikan 2.800 prajurit tempur Kanada dari Kandahar.

Pasukan Kanada bertugas di Afghanistan selama hampir sembilan tahun sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun ini ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sekiar 700 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun ini, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.

Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010