Washington (ANTARA News) - Dua belas orang ditangkap polisi Inggris pada Senin, karena dicurigai terlibat dalam rencana pemboman Al Qaida, bukan menjadi ancaman bagi Amerika Serikat, kata tim keamanan nasional Presiden Barack Obama.

"Sejauh yang saya tahu, kami belum menemukan hubungan antara mereka dan ancaman apa pun untuk Amerika Serikat," kata Menteri Keamanan Dalam Negeri Janet Napolitano kepada ABC News.

Napolitano, Direktur Intelijen Nasional James Clapper dan kepala penasihat kontra-terorisme John Brennan berusaha meyakinkan warga Amerika Serikat memulai pekan sibuk liburan, namun menolak membicarakan secara khas perkara di Inggris tersebut.

Ketiganya mengulangi pernyataan Direktur Pusat Kontra-Terorisme Nasional Michael Leiter, yang mengatakan bahwa beberapa serangan tidak dapat dihentikan dan nyawa mungkin melayang.

"Saya pikir Mike Leiter benar," kata Napolitano, "Anda tidak dapat menutup rapat Amerika Serikat."

Clapper mengakui, "Kami tentu tidak akan langsung menangkap 1.000 orang. Kami tidak dapat menjamin itu, namun kami pasti akan melakukan apa pun untuk untuk menggagalkan serangan dalam bentuk apa pun."

Tanggapan tersebut dilontarkan pada wawancara, yang akan disiarkan penuh pada Selasa malam.

Penangkapan 12 laki-laki berusia 17-28 tahun itu terjadi di tengah ketegangan pasca-bom bunuh diri di Swedia pada pekan lalu, yang dilakukan seorang pria, yang diduga radikal dan tinggal di Inggris.

Lima di antaranya ditangkap pada Senin di ibu kota Wales, Cardiff, tiga orang ditahan di kota bagian tengah Inggris Stoke-on-Trent, satu orang di kota Birmingham dan tiga orang di London.

Ajun Komisaris Polisi Skotlandia John Yates, yang memimpin gerakan kontra-terorisme kepolisian, mengatakan penangkapan "berskala besar itu direncanakan dan berdasarka atas data intelijen, yang melibatkan beberapa kesatuan".

Inggris berada dalam tingkat kewasapadaan tinggi setelah meningkatkan tingkat ancaman teror pada tahun ini menjadi tingkat "tinggi", yang merupakan tingkat tertinggi kedua dari lima tingkat peringatan serta menunjukkan bahwa serangan teroris menjadi "sangat mungkin", kata Departemen Dalam Negeri Inggris.

Tingkat ancaman dinaikan pada Januari setelah enam bulan berada di tingkat "substansial", satu-satunya masa sebelum meningkat ke dua tingkat teratas sejak diterapkan pada 2006, pasca-pemboman di London pada Juli 2005.

Serangan lain terjadi pada tiga kereta bawah tanah dan satu bus, menewaskan 52 orang ditambah empat pembom bunuh diri, semua berkewarganegaraan Inggris.(*)
AFP/KR-DLN/B002

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010