Kairo (ANTARA News) - Ribuan pengunjukrasa menentang Mubarak, yang selama sepekan terakhir menguasai Bundaran Tahrir, pusat kota Kairo, terperangkap akibat dikepung pendukung pemerintah pimpinan Presiden Hosni Mubarak.

Wartawan ANTARA di Kairo Munawar Makyanie melaporkan, bahwa pendukung pemerintah pimpinan Presiden Hosni Mubarak berusaha menguasai Bundaran Tahrir siang dan malam sejak unjukrasa besar pada Jumat.

Para pendukung pemerintah itu mulai berunjuk rasa sejak Selasa (1/2) dan jumlahnya semakin bertambah pada Rabu pagi.

Pada Rabu sekitar pukul 14.00 waktu setempt pendukung Mubarak bergerak dari gedung stasiun televisi nasional Mesir menuju Tahrir.

Bentrokan hebat pun pecah dan pelemparan batu antar mereka tak terhindarkan lagi.

Ratusan orang cedera tampak diangkut oleh keluar dari Bundaran Tahrir.

Banyak kalangan memprihatinkan bentrokan itu karena kepolisian tidak lagi berfungsi sejak Jumat lalu.

Polisi menjadi musuh demonstran anti-Mubarak karena dianggap menggunakan kekerasan dalam menghadapi pengunjuk rasa.

Militer juga yang mengerahkan tank-tank tempur di Budanran Tahrir juga tampak tak berdaya menghadapi bentrokan kedua pihak berseberangan tersebut.

Para polisi diduga kuat bersama dengan kelompok pendukung Mubarak melakukan pengepungan terhadap kelompok anti-pemerintah.

Sekitar sejam berlangsungnya aksi lempar batu tersebut dan tidak tampak aparat keamanan atau militer merelai kedua kelompok berseberangan tersebut.

Bentrokan itu terjadi satu jam sebelum berlakunya jam malam mulai pukul 15.00 hingga pukul 8.00 waktu setempat.

Unjuk rasa anti Mubarak berlangsung mulai Selasa (25/1) dan memuncak pada Jumat (28/1) pekan lalu yang terjadi serentak merata di seantero Mesir.

Kelompok oposisi anti-Mubarak awalnya menuntut reformasi politik pembubaran pemerintah serta pemilihan umum ulang.

Untuk memenuhi tuntutan oposisi, Mubarak mengangkat Omar Suleiman sebagai wakil presiden dan menunjuk Ahmed Mufiq sebagai perdana menteri untuk membentuk pemerintahan baru menggantikan pemerintah yang diminta Presiden Mubarak untuk mengundurkan diri pada Jumat (28/12).

Dalam pindato televisi pada Selasa (2/2) malam, Mubarak berjanji tidak akan mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden pada September mendatang.

Presiden Mubarak juga menolak melakukan pemilihan anggota legislatif ulang setelah pemilu pada November lalu yang dimenangkan Partai Nasional Demokrat pimpinan Mubarak.

Hingga berita ini diturunkan pada Selasa pukul 17.40 waktu Kairo atau pukul 21.30 WIB, bentrokan kedua kubu masih berlangsung.(*)
(T.M043/B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011