Kairo (ANTARA News) - Militer Mesir menggunakan tank-tank tempur memblokade jalan-jalan ke arah Bundaran Tahrir, tempat pengunjuk rasa anti-pemerintah memusatkan aksi protes mereka yang memasuki hari ke sepuluh.

Beberapa wartawan asing termasuk wartawan ANTARA, Munawar Saman Makyanie, yang hendak menuju Tahrir pada Kamis siang dilarang dan dihalau ke Jalan Bab El-Louk, arah timur bundaran itu.

"Jangan masuk karena batu dan molotov masih bertebaran," kata seorang tentara kepada kerumunan wartawan, merujuk pada aksi bakuhantam antara pengunjuk rasa pro dan anti-pemerintah yang menewaskan sedikitnya enam orang dan ratusan cedera.

Puluhan personel tentara di sekitar Tahrir banyak bertengger santai di atas tank-tank tempur mereka.

Sejumlah tentara lainnya dalam posisi siaga dan siap tembak.

Jalan-jalan utama di ibu kota Kairo tampak sepi. Wartawan ANTARA menumpang taksi menyusuri beberapa jalan utama ke Bundaran Tahrir dari Jalan Otostrat, Salah Salem, Darrasah, Hussein, Attaba, Qarul Abidin, Talat Harb dan Bab El-Louk.

Jalan-jalan tersebut tampak lengang. Bangkai kendaraan dan sejumlah pos polisi dekat Tahrir masih berserakan di beberapa kawasan di dekatnya, seperti di Ramses dan Usbekia.

Hampir semua toko dan kegiatan masyarakat lumpuh total. Kawasan pasar bebas di Distrik Abbas Akkad, Hussein, Attaba dan Bab El-Louk juga lengang.

Kendati toko-toko tutup, tapi para satpamnya bersiaga penuh di depan toko dengan menggunakan pentungan, pisau dan botol-botol berisi minyak untuk bom molotov.

Banyak jalan menuju ke Tahrir diblokade, baik dengan tank-tank tentara maupun beton dan benda keras lainnya.

Warga yang membentuk kelompok pengamanan swakarsa juga memblokade jalan-jalan ke perumahan mereka untuk membendung aksi penjarahan.

Sekolah dan kantor-kantor pemerintahan juga masih tutup. Perdana Menteri Ahmed Moufik sudah memerintahkan semua kantor dan perbankan dibuka kembali pada Ahad (6/2).

Kegiatan awal pekan di Mesir dimulai hari Ahad karena libur akhir pekan pada Jumat dan Sabtu.

Sejak polisi tidak berfungsi lagi, warga bergotong-royong masing-masing menjaga perumahan mereka yang umumnya gedung apartemen.

Meskipun toko-toko tutup, tapi toko-toko swalayan mini masih ada yang buka menyediakan bahan makanan pokok, daging dan sayur-mayur.

"Distribusi bahan makanan tetap berjalan seperti biasa," kata Ahmed Fateh, manajer Supermarket Sherif di Distrik Rab`ah Al-Adawiyah.

Sebetulnya demonstrasi anarkis di kota Kairo hanya sebatas di Bundaran Tahrir dan kawasan sekitarnya, selebihnya aman-aman saja.

"Kalau lewat layar televisi saja, sepertinya Mesir sudah hancur total padahal banyak warga santa-santai saja," kata seorang wartawan asing.

Di Distrik Madinat Nasser atau Nasser City -- tempat sebagian besar mahasiswa Indonesia bermukim -- misalnya, sejauh ini masih aman karena jauh dari pusat-pusat unjuk rasa.

Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir, Saharuddin, juga mengatakan situasi aman-aman saja.

Menurut dia, KKS Mesir yang beranggotakan sekitar 400 orang, umumnya mahasiswa hanya segelintir belum merasa darurat untuk pulang ke Indonesia.

"Banyak anggota KKS belum ingin pulang, beberapa di antaranya yang ikut evakuasi ke Indonesia karena gratis saja," ujarnya.

Penuturan senada diutarakan Farid Omar, seorang supir taksi di Kairo.

"Di kasawan saya di Giza aman-aman saja seperti sebagian besar kawasan lain di ibu kota Kairo," kata Omar.

Giza yang terletak di bibir sebelah barat Sungai Nil -- yang membelah kota Kairo -- itu adalah tempat bermukimnya para diplomat Indonesia.(*)

(T.M043/M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011