Kudus (ANTARA News) - Warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi "ampyang" maulid.

Tradisi "ampyang" yang biasa dikenal oleh warga setempat merupakan tradisi memperingati hari kelahiran nabi dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan "ampyang" atau krupuk yang diarak keliling desa, sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat.

Di sepanjang jalan rute kirab, dipenuhi warga yang hendak menyaksikan rombongan kirab tradisi "ampyang" terdiri atas kelompok pelajar dari sejumlah sekolah tingkat SLTP dan SLTA, murid taman kanak-kanak (TK), puluhan aktivis mushala, organisasi massa (Ormas), dan pengusaha lokal.

Masing-masing peserta, menampilkan sejumlah kesenian, seperti "drum band", tong tek, musik rebana, dan sejumlah rombongan yang berpakaian adat dari berbagai daerah di Tanah Air.

Selain itu, peserta kirab juga ada yang menampilkan miniatur Menara Kudus, mushala, dan bedug raksasa, serta gunungan ampyang yang dihiasi dengan sejumlah hasil bumi, seperti buah-buahan dan sayur mayur.

Peserta kirab yang lain juga ada yang menampilkan sosok Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat, serta sejumlah ulama kharismatik yang ikut membangun kemajuan desa setempat.

Setelah sampai ke Masjid Wali, nasi kepel yang sebelumnya diarak keliling desa didoakan oleh ulama setempat, sebelum nasi bungkus dan "ampyang" tersebut dibagikan kepada warga setempat untuk mendapatkan berkah.

Bahkan, sejumlah gunungan yang berisi makanan atau buah-buahan, ada yang diperebutkan oleh warga sekitar karena tak sabar menunggu acara hingga selesai.

Ketua panitia tradisi "ampyang" Maulid, Anis Aminudin mengatakan, tradisi "ampyang" maulid merupakan tradisi turun temurun yang tetap dilestarikan oleh warga sekitar.

"Dengan adanya kegiatan tradisi `ampyang` maulid, diharapkan warga sekitar tetap instropeksi diri dan berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki Nabi Muhammad," ujarnya.

Dengan meneladani kemuliaan Nabi Muhammad, diharapkan warga sekitar semakin bertaqwa, beriman, dan bersikap arif serta bijaksana dalam pergaulan sosialnya.

Sebelum sampai pada puncak kegiatan tradisi "ampyang" maulid, kata dia, pemerintah desa setempat juga menggelar Loram "ekspo" untuk menggali potensi warga sekitar dengan menyediakan 49 stan, sebanyak 42 stan di antaranya untuk kelompok industri rumah tangga dan sisanya untuk kelompok kuliner.

"Jumlah stan yang tersedia mengalami peningkatan dua kali lipat, mengingat tahun lalu hanya tersedia 30 stan," ujarnya.

Sedangkan jumlah peserta kirab, mencapai 800-an peserta yang terbagi atas puluhan kelompok.

Sementara itu, Bupati Kudus Musthofa berharap, masyarakat sekitar tetap menjaga tradisi "ampyang" maulid ini agar tetap lestari.

"Nilai-nilai keluhuran tradisi ini jangan sampai luntur oleh perkembangan zaman," ujarnya.

Setiap tradisi lokal yang ada, katanya, harus dikembangkan menjadi potensi keunggulan masing-masing wilayah.

Untuk itu, kata dia, semua pihak dituntut untuk kerja keras guna mengangkat budaya lokal masing-masing daerah.(*)
(U.KR-AN/A035)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011