Jakarta (ANTARA News) - Substansi dan karakter strategi pertahanan nasional ditentukan sejumlah faktor, khususnya faktor ideologis-normatif seperti tujuan serta kepentingan nasional dalam kurun waktu tertentu dan faktor geopolitik dan geostrategi sebagai implikasi dari posisi geografis Indonesia.

Simpul dari semua itu adalah relasi antara ancaman, sumberdaya dan opsi strategis untuk menjawab ancaman itu.

Karena itu strategi harus dirumuskan dengan mempertimbangkan beberapa persyaratan. Utamanya, adalah kejelasan tentang tujuan yang hendak dicapai oleh strategi itu.

Tujuan itu dapat merentang mulai dari sekedar kelangsungan hidup, mengembangkan sistem, mempertahankan diri dari ancaman militer dan non militer, sampai keinginan untuk memainkan peran lebih besar dalam kancah percaturan ekonomi dunia.

Persepsi dasar yang harus kita pahami terkait dengan persoalan baja dan keamanan nasional adalah kebutuhan untuk mengakui adanya hubungan penting dan saling ketergantungan atas keamanan baja nasional dan pertahanan nasional yang kuat.

Dasar-dasar dari sebuah pertahanan dan beberapa industri pendukung bersandar pada industri baja yang terdiri dari faktor produksi yang dapat menghasilkan kualitas tinggi.

Juga biaya produk baja yang kompetitif bagi keperluan militer yang dapat diaplikasikan mulai dari kapal induk dan kapal selam nuklir sampai rudal, pelat baja untuk tank dan artileri, serta setiap pesawat militer besar.

Oleh karena itu penting untuk memahami produksi baja dalam negeri bagi tujuan pertahanan nasional secara keseluruhan, dan juga kebutuhan baja untuk meningkatkan keamanan ekonomi dan militer.

Tidak hanya itu, hal ini juga penting untuk kemajuan bidang nonpertahanan, karena lebih dari 470 jalur produksi yang berbasis baja dapat menghasilkan produk-produk sipil dan jasa, seperti pesawat, gerbong kereta, truk, mobil dan suku cadang sampai makanan, pakaian.

Produk dan jasa sipil sangat ditentukan oleh kondisi-kondisi lokal, seperti bahan baku, transportasi, energi, tenaga kerja, dan teknologi.

Faktanya, di lingkungan internasional saat ini, sebagian besar industri pertahanan tidak bisa bertahan jika hanya menghasilkan produk militer.

Konversi atau Diversifikasi

Keuntungan dari konsep konversi pertahanan yaitu adanya perbaikan standar hidup bagi masyarakat, meningkatkan peluang usaha, terjadinya integrasi yang lebih besar dari ekonomi ke ekonomi regional dan dunia.

"Konversi" pertahanan lebih baik jika disebut dengan "diversifikasi" karena berbicara tentang lini produk baru yang dikembangkan secara terpisah, sementara kemampuan produksi militer tetap dipertahankan.

Pada dasarnya, ada tiga hal penting dalam konversi pertahanan, yaitu adanya transfer teknologi militer kepada sipil, sehingga sipil dapat menggunakannya.

Juga adanya pengalihan sebagian atau bagian dari kapasitas produksi untuk produk sipil, dan adanya transfer personil militer, fasilitas, peralatan, dan perangkat keras kepada sektor sipil.

Baja sendiri pada dasarnya diproduksi dalam berbagai bentuk, termasuk produk-produk yang berbentuk flat-rolled dan panjang, pipa karbon dan produk tabung, kawat dan produk pabrikasi lainnya.

Paduan antara karbon dan baja dapat digunakan untuk konstruksi, produk-produk otomotif, mesin, sampai alat-alat berat.

Di samping itu, ada juga baja khusus dengan teknologi tinggi, yang sangat bernilai dan digunakan di lingkungan yang ekstrim yang menuntut kekuatan luar biasa - kuat terhadap panas, korosi dan abrasi seperti digunakan untuk kedirgantaraan dan industri pengolahan kimia.

Semua segmen dari industri baja yang diproduksi di dalam negeri pada akhirnya akan memberikan kontribusi, baik langsung maupun tidak kepada industri pertahanan.

Dengan demikian, tidak adanya kebijakan manufaktur atau ekonomi yang atas investasi domestik dan manufaktur berbasis baja, dapat membahayakan negara.

Hal ini karena militer akan kehilangan sumber utamanya dari logam strategis dan negara akan menjadi berbahaya, karena bergantung pada sumber luar negeri yang umumnya tidak dapat diandalkan pasokannya.

Sebagai contoh bagaimana China menjalankan roda industri pertahanannya sehingga penggunaan akan baja meningkat demikian tajam di China.

Perusahaan pemerintah China, "China State Shipbuilding Corporation" (CSSC) memiliki 161 perusahaan yang terdiri dari 27 galangan kapal, pabrik peralatan laut 67, dan 40 lembaga penelitian dan pengembangan.

China Aerospace Corporation (CASC), perusahaan negara yang memiliki lebih dari 75 perusahaan komersial yang ditambah juga dimiliknya lembaga penelitian dan pabrik.

Kemudian, Industri Penerbangan China (AVIC) yang terdiri dari 200 perusahaan manufaktur dan perusahaan perdagangan, yang memiliki 30 lembaga penelitian, dan enam perguruan tinggi dan universitas.

Arti Penting

Di Amerika Serikat industri baja adalah mitra penting bagi para kontraktor pertahanan dan Departemen Pertahanan (DoD).

Logam dalam negeri digunakan hampir pada semua platform militer, seperti rudal, pesawat jet, kapal selam, helikopter sampai amunisi.

Baja dan logam khusus buatan AS adalah komponen penting dari kekuatan militernya, semisal mesin, roda gigi, bantalan, dan bagian tubuh dari F35.

Juga kendaraan perang seperti "Bradley Fighting Vehicle", Tank Abrams, dan kendaraan-kendaraan sejenis Light Armored Vehicles (LAV).

Pelat baja yang digunakan dalam pembuatan kapal dan sistem propulsi untuk armada angkatan lautnya, juga kabel kontrol pada hampir semua pesawat militer, termasuk jet tempur dan pesawat angkut militer, diproduksi dari tali kawat baja.

Kesemuanya, menggunakan baja khusus yang diproduksi oleh perusahaan baja Amerika Serikat.

Gambaran tersebut menunjukan bagaimana baja dan logam khusus secara langsung dapat mendukung basis industri pertahanan AS.

Bahan-bahan ini merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aplikasi diversifikasi militer dan dengan demikian, teknologi baja harus selalu ditingkatkan atau terus diperbaiki.

Di samping itu, pengiriman baja baik secara langsung maupun tidak langsung ke infrastruktur militer sangat diperlukan untuk mendukung upaya pertahanan.

Hal ini sesuai dengan apa yang pernah diungkapkan oleh Gary A. Powell, Deputi Wakil Menteri Pertahanan AS, yaitu: "There is no question that specialty metals are critical to national defense, and the U.S. specialty metals industry is a very important supplier of these materials to various defense contractors. And myriad defense programs would be negatively impacted by specialty metal supply disruptions."

Dengan penjelasan di atas, maka seharusnya dapat dipertimbangkan bagaimana kebijakan ekonomi negara harus berangkat dari pemahaman atas pentingnya baja untuk Keamanan Nasional.

Untuk mempertahankan kemampuan strategis dalam memproduksi baja dan logam strategis lainnya yang penting untuk pertahanan nasional, negara harus mengejar kebijakan ekonomi yang harus selalu mendorong terjadinya investasi di industri baja, baik terkait dengan masalah manufaktur maupun teknologinya.

Kebijakan ini harus didasarkan pada asumsi perusahaan multinasional akan terus berinvestasi di industri ini jika resiko lapangan investasi dalam bisnis ini rendah.

Menciptakan lingkungan bisnis yang dapat mendorong investasi dalam logam khusus ini, jika investasi terus terjadi pada tingkatan yang wajar, Indonesia akan dapat mempertahankan basis manufaktur dan keunggulan kompetitif baja.

Terakhir peraturan tentang lingkungan, dan persyaratan-persyaratan proporsional bagi produsen baja.

Mengingat juga adanya booming ekonomi regional, dengan adanya pergeseran pelabuhan penghubung global dari Barat ke Timur. Apa yang harus dilakukan dengan kondisi ini?

Pertama, "Keeping Research and Development at Home". Artinya, memastikan industri baja domestik yang kuat dan untuk menghadapi tantangan yang berkembang dalam bidang pertahanan nasional dan keamanan di tanah air adalah memiliki penelitian dan pengembangan yang sehat dan layak.

Kedua, "Materials Affordability Initiative", yaitu sebuah kolaborasi antara industri pertahanan, industri logam khusus dan Departemen Pertahanan, yang mengakibatkan biaya proses manufaktur menjadi berkurang dan mampu mengembangkan solusi khusus untuk aplikasi militer.

Ketiga, "Specialty Metals Processing Consortium" (SMPC) yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas dengan tujuan meningkatkan daya saing secara signifikan dan mempertahankan pemasok baja berkualitas tinggi bagi bahan dasar perangkat keras kinerja tinggi, seperti mesin pesawat turbin gas.

Untuk itu, penting adanya sebuah kebijakan atas pembatasan sumber domestik pada logam khusus, yang mengharuskan Industri Pertahanan untuk memanfaatkan logam khusus dalam negeri untuk hampir semua produksi sistem Alutsista.

Sebagai contoh, AS menyiapkan apa yang disebut "Amandemen Berry" yang mencerminkan pengakuan lebih lanjut dari pentingnya industri logam khusus untuk pertahanan nasional dan kebutuhan untuk membantu memastikan kelangsungan hidup jangka panjang industri tersebut.

Hampir semua paduan baja dan baja khusus dicakup oleh ketentuan ini. Logam yang dilindungi lainnya termasuk titanium, alloy titanium, niobium dan zirkonium.

ASEAN

Sebagai negara yang besar, Indonesia harus mampu memaksimalkan perannya sebagai aktor kekuatan global atas keamanan dan pertahanan, baik di laut maupun udara.

Langkah-langkah signifikan terkait dengan pertahanan dan keamanan ASEAN pada saat Pertemuan Menteri Pertahanan Asean (ADMM) 5 diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2011 telah menggarisbawahi kerjasama Industri Pertahanan antara ASEAN dengan negara-negara lain.

Mengingat bahwa wilayah maritim?laut, teluk, muara, pulau-pulau, wilayah pesisir, littorals, dan wilayah udara di atasnya?mendukung 90% perdagangan dunia, maka maritim membawa "darah" dari sistem global yang menghubungkan setiap negara di dunia ini.

Oleh karena itu, pembangunan kekuatan industri pertahanan berbasis maritim dan kedirgantaraan seharusnya dibangun untuk digunakan untuk menciptakana keyakinan dan kepercayaan antar negara melalui upaya keamanan kolektif yang fokus pada ancaman umum dan kepentingan bersama yang bersifa terbuka di kawasan.

Jika memungkinkan memperluas Asean maritime Forum ke tingkat East Asian Maritime Forum untuk mempererat kerjasama keamanan maritim antara Asean bersama sama China, Australia dan India.

Kesimpulan

Pemerintah Indonesia harus mengadopsi kebijakan yang dapat mendorong terciptanya investasi berkelanjutan dalam manufaktur domestik baja strategis.

Hal ini merupakan persoalan yang serius atas kesiapan militer dan kekuatan militer kita, terutama Angkatan Laut dan Angkatan Udara, untuk tidak tergantung pada pasokan asing.

Sebuah industri baja yang kuat dan layak dalam negeri sangat penting bagi pertahanan nasional Indonesia dan keamanan ekonomi negara.

Hampir setiap platform militer tergantung pada baja yang diproduksi dalam negeri.

Kemampuan industri baja untuk memasok basis pertahanan akan terus tergantung pada kemampuan industri baja yang dapat bersaing di pasar komersial.

Bagaimana pun juga, material baja, dan industri baja yang kuat dan layak, tetap lebih penting daripada sebelumnya, karena digunakan untuk infrastruktur energi keamanan, transportasi infrastruktur keamanan, kesehatan dan keselamatan publik, dan komersial, industri dan bangunan.

Jika sampai kita lalai dalam mengelola industri baja ini, dipastikan Indonesia akan mengalami penurunan yang tajam dalam kesiapan menghadapi "variable cost" yang akan membuat biaya produksi lebih tinggi.

Juga ketidak-pastian pasokan, yang dipengaruhi oleh ketidakstabilan ekonomi dan politik dunia, masalah kualitas, desain dan kinerja, serta jadwal pembangunan konstruksi yang meningkat.

Di samping itu, pemerintah juga erat harus terlibat dalam industri baja, dengan cara memberikan subsidi yang signifikan dalam bentuk perlakuan pajak yang menguntungkan, dukungan kredit ekspor, dukungan penelitian dan pengembangan serta pendanaan langsung atas proyek-proyek penelitian industri terkait penggunaan baja.

(Disampaikan pada Seminar Industrialisasi Penunjang Pertahanan, LKBN Antara, 12 Juli 2011)

*)Penulis seorang pengamat militer FISIP Universitas Indonesia

(E004/A025)

Oleh Oleh Dr. Connie Rahakundini Ba
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011