Melalui integrasi teknologi, Digiasia Bios dapat memperluas layanan digital dan meningkatkan daya saing pasar fintech yang bisa cepat beradaptasi dengan era digital
Jakarta (ANTARA) - Pemerataan digitalisasi keuangan di seluruh lapisan masyarakat telah menjadi salah satu perhatian utama pemerintah guna membawa Indonesia memimpin ekonomi digital di Asia Tenggara.

Perusahaan rintisan (startup) teknologi finansial (fintech) Digiasia Bios menjadi salah satu startup yang terus berkomitmen menghadirkan pembaruan teknologi dan layanan produk secara terintegrasi.

"Melalui integrasi teknologi, Digiasia Bios dapat memperluas layanan digital dan meningkatkan daya saing pasar fintech yang bisa cepat beradaptasi dengan era digital," kata Chief Marketing Officer Digiasia Bios Rully Hariwinata dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Dengan demikian, seluruh produk dan layanan dari Digiasia Bios dapat terintegrasi dengan aplikasi dan ekosistem apapun sehingga memungkinkan mitra serta masyarakat umum mudah memanfaatkan solusi fintech untuk mengoptimalkan proses pengelolaan keuangan, baik dalam hal bisnis maupun aktivitas sehari-hari.

Fintech Digiasia Bios dalam operasionalnya memegang izin lisensi serta bersertifikasi penuh dari Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sertifikasi PCI DSS, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Asosiasi Penyelenggara Pengiriman Uang Indonesia (APPUI), dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

Saat ini, empat produk dan layanan fintech Digiasia Bios yaitu KasPro (Digital Payment), KreditPro (P2P Lending), RemitPro (Remittances/ Pengiriman Uang) dan DigiBos (Layanan Keuangan Digital (LKD).

"Selain sebagai platform yang bisa digunakan masyarakat secara umum, Digiasia Bios juga mendedikasikan diri sebagai perusahaan fintech-as-a-service (FaaS) pertama di Indonesia. Kami memahami bahwa setiap bisnis dan lapisan masyarakat memiliki kebutuhan yang berbeda," kata Rully.

Laporan Annual Member Survey 2021 Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) menyebutkan, pertumbuhan produk fintech di Indonesia semakin menunjukkan tren positif hingga kuartal I 2022. Tren itu didorong bahwa lebih lebih dari 25 persen platform rintisan teknologi finansial (startup fintech) di Asia Tenggara berasal dari Indonesia.

Sementara, data investasi langsung luar negeri dari Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat angka akumulasi investasi langsung luar negeri pada industri fintech di Indonesia sepanjang tahun 2021 mencapai 904 juta dolar AS atau 23 persen dari total akumulasi investasi pada industri fintech di Asia Tenggara tahun 2021.

"Pencapaian ini tidak lepas dari dukungan pemerintah dan berbagai pihak yang terus gencar melakukan pemerataan literasi tentang digitalisasi keuangan, sehingga pemahaman akan kebutuhan, serta minat masyarakat di seluruh lapisan juga semakin berkembang," ujar Rully.

Hal ini membuktikan bahwa proyeksi Digiasia Bios tepat dan semakin mendorong semangat Digiasia Bios untuk dapat terus mengakomodasikan kebutuhan masyarakat Indonesia dengan menghadirkan akses layanan fintech yang beragam dalam satu integrasi.

"Melalui integrasi yang dilakukan, mitra dan pelanggan kami akan semakin mudah beradaptasi dengan kemajuan era digital serta memperluas layanan digital dan cashless di pasar," kata Rully.

Baca juga: Fintech dinilai bisa bantu capai target inklusi keuangan 90 persen
Baca juga: Kemenkeu paparkan PPN fintech dipungut berdasarkan biaya jasa
Baca juga: AFTECH: Nilai transaksi uang elektronik naik 58,5 persen 2021


Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022