Jakarta (ANTARA News) - Yunani akan mengalami kebangkrutan yang sangat hebat apabila menolak bantuan paket kebijakan dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional, kata Ekonom Senior Bank Standard Chartered Fauzi Ichsan, di Jakarta, Kamis (3/11).

"Jika rakyat Yunani melalui referendum nanti memutuskan untuk menolak paket kebijakan itu, secara otomatis Yunani akan keluar dari zona Eropa, dan sangat mungkin Yunani akan bangkrut," kata Fauzi Ichsan, di Jakarta, Kamis.

Dengan keluarnya Yunani dari zona Eropa tersebut, negara `Hellas` itu bisa jadi akan menggunakan dirham sebagai mata uangnya sehingga pasti akan mengalami devaluasi sedikitnya 200 hingga 300 persen, papar Fauzi Ichsan, Kamis.

"Jika hal itu terjadi, bukan hanya Pemerintah Yunani yang akan bangkrut tapi juga korporasi perbankan negara itu," jelas Fauzi Ichsan, Kamis.

Fauzi Ichsan menambahkan jika kemungkinan terburuk tersebut terjadi, maka Uni Eropa harus meredam krisis Yunani supaya tidak menular ke negara tetangga, utamanya Italia dan Spanyol.

Selain mencegah krisis itu ke sejumlah negara tetangga, Faizal juga menyarankan agar UE memperkuat perbankan negara-negara Eropa. Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi "balance sheet" sehingga perbankan Eropa masih kuat apabila mata uangnya jatuh tajam.

"Eropa juga sebaiknya meningkatkan nominal dana talangnya dari 250 miliar euro menjadi 1 triliun euro, dengan menggunakan bantuan dari Jepang atau China misalnya," kata Fauzi Ichsan, Kamis.

Rakyat Yunani akan melakukan jajak pendapat (referendum) pada pertengahan Desember nanti, untuk menentukan apakah akan menerima bantuan paket kebijakan dari UE dan IMF atau keluar dari keanggotaan UE.

Dalam pembicaraan mengenai krisis di pertemuan G20 di Cannes, Prancis, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengancam akan menghentikan bantuan senilai 8 miliar euro (atau setara dengan 11 miliar dolar AS).
(T.SDP-05/Y006)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011