Berlin (ANTARA News) - Menteri luar negeri dan pertahanan Jerman pada Minggu, menjelang muktamar akbar antarbangsa bagi Afghanistan pada bulan depan, menyeru Taliban dilibatkan dalam pembicaraan perdamaian negara terkoyak perang itu.

Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle dan Menteri Pertahanan Thomas de Maiziere kepada koran "Bild am Sonntag" menyatakan, perundingan dengan kelompok pejuang garis keras itu adalah satu-satunya pilihan nyata untuk perdamaian abadi.

"Rujuk tidak terjadi antara teman, tapi antara bekas lawan," kata Westerwelle seperti dikutip suratkabar itu.

"Itulah yang harus kita kerjakan, bukan bakuduga tentang siapa mungkin tidak siap untuk rujuk," katanya.

Jerman merupakan satuan ketiga terbesar pasukan asing di Afghanistan sesudah Amerika Serikat dan Inggris, namun sejak lama menolak usul memasukkan Taliban dalam perundingan perdamaian.

Westerwelle, yang akan menjadi tuan rumah menteri dari lebih dari 100 negara di Bonn, kota di barat, pada 5 Desember untuk membahas masa depan Afghanistan setelah penarikan pasukan NATO pada 2014, menyatakan tidak ada jaminan berhasil.

"Tapi, semua setuju bahwa itu harus dicoba," katanya.

Barat tidak bisa hanya mengatakan "Anda jahat. Kami tidak mau berunding dengan Anda", tambah de Maiziere.

"Kita tidak bisa mengecualikan siapa pun dari alur rujuk di dalam Afghanistan, yang pernah memiliki pedang di tangannya," katanya.

Hanya ketika sejumlah memadai kelompok penting terlibat, upaya perdamaian memiliki kesempatan berhasil.

Westerwelle menyatakan kemenangan perang di Afghanistan tidak bisa dicapai secara ketentaraan.

"Setelah 10 tahun, jelas bahwa di Afghanistan hanya ada jalan keluar politik, bukan ketentaraan," katanya.

Pejuang Taliban sering menyerang iringan perbekalan pasukan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO di Afghanistan dan negara tetangganya, Pakistan, sebagai bagian dari perlawanan 10 tahun terhadap pemerintah Kabul dukungan Barat sejak pasukan Amerika Serikat menggulingkan kekuasaan mereka pada 2001.

Pada bulan ini, tetua Afghanistan mendukung pembicaraan dengan Taliban, yang meninggalkan kekerasan, meskipun terjadi pembunuhan pada September atas utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani, yang oleh pejabat dikatakan dilakukan pejuang.

De Maiziere menyatakan Berlin akan mempertahankan pasukan di Afghanistan setelah penarikan NATO pada akhir 2014, dengan memusatkan diri pada pelatihan pasukan setempat.

Dalam perang satu dasawarsa itu adalah pengerahan besar pertama tentara Jerman ke luar negeri sejak Perang Dunia II dan tidak disukai sebagian besar rakyatnya.

Mereka akan dipersenjatai dengan cukup, sehingga mampu membela diri, tapi mereka tidak akan menjadi tentara untuk bertempur," kata De Maiziere.

Berlin saat ini memiliki 5.350 tentara di Afghanistan, yang akan dikurangi menjadi 4.900 saat Jerman mulai menarik pasukannya pada Februari 2012, sebelum tenggat pada 2014 bagi pengalihan kendali keamanan kepada pasukan Afghanistan.

Westerwelle dan de Maiziere kepada pemimpin partai dalam sepucuk surat menytakan jumlah tentara itu dapat dikurangi lagi menjadi 4.400 dalam setahun seandainya keamanan memungkinkan.

"Limaratus tentara lagi meninggalkan Afghanistan pada awal 2013," katanya.

Majelis rendah parlemen Jerman akan memutusan amanat baru bagi tentara Jerman ketika masa berlaku yang sekarang habis pada Januari 2012.

Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan NATO merencanakan menarik tentara tempurnya dari Afghanistan pada akhir 2014, demikian AFP.

(B002/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011