Washington (ANTARA News/AFP) - Amerika Serikat (AS) berharap kesehatan Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari, membaik setelah secara resmi dinyatakan menderita serangan jantung sekaligus menepis rumor bahwa pemimpin sipil itu dipaksa keluar negeri.

"Kami telah melihat laporan-laporan. Kita tentu berharap dia cepat sembuh," kata Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, Rabu waktu setempat (Kamis WIB).

Sakitnya Zardari memicu laporan-laporan media bahwa dia  memikirkan untuk pengunduran diri, namun para loyalis mengesampingkan gagasan tersebut.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, menyatakan pihak Gedung Putih tidak khawatir dan percaya bahwa kudeta tenang sedang berlangsung terhadap Presiden Pakistan.

"Tidak ada kekhawatiran dan tidak ada alasan untuk percaya spekulasi itu. Keyakinan kami adalah bahwa hal itu benar-benar berhubungan dengan kesehatan," kata Toner kepada wartawan.

Zardari dianggap memiliki hubungan penuh dengan militer, yang secara historis adalah institusi Pakistan yang paling kuat dan berulang kali menyingkirkan pemimpin terpilih.

Mustafa Khokhar, penasehat PM Pakistan untuk hak asasi manusia (HAM) yang duduk di kabinet, mengatakan kepada AFP di Islamabad bahwa Zardari menderita "serangan jantung ringan" pada Selasa.

"Dia terbang ke Dubai, di mana dia dirawat karena angioplasti. Dia dalam kesehatan yang baik sekarang," kata Khokhar.

Selain itu, ia menambahkan, "Tidak ada pertanyaan tentang pengunduran dirinya."

Kepala negara berumur 56 tahun itu meninggalkan Pakistan untuk perawatan setelah jatuh sakit di tengah-tengah skandal besar atas upaya yang dituduhkan oleh seorang pembantu dekatnya untuk mencari bantuan AS guna membatasi kekuasaan militer Pakistan.

Penyakitnya juga datang pada saat krisis mendalam bagi Washington berkaitan aliansi anti-terornya dengan Pakistan.

Hubungan antara Washington dan Islamabad anjlok setelah komando AS menyerang dan membunuh pemimpin Al Qaida, Osama bin Laden, di kota garnisun Pakistan, Abbottabad, di utara ibu kota Islamabad pada Mei.

Hubungan mereka meluncur ke tingkat terendah pada bulan lalu ketika Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) melakukan serangan udara yang menewaskan 24 tentara Pakistan di perbatasan Afghanistan, sehingga mendorong Pakistan untuk memboikot konperensi di Bonn yang membahas masa depan Afghanistan.

Presiden AS, Barack Obama, dalam percakapan pada Minggu lalu menyatakan rasa belasungkawa kepada Zardari atas kematian yang menurutnya insiden itu tidak "sengaja menyerang."

Pakistan marah dan memutus rute pasokan NATO di negerinya, serta mengusir AS dari pangkalan udara. AS punt mulai mengosongkan pangkalan udara militer Pakistan, Rabu.

Komando tertinggi Pakistan memerintahkan AS keluar dari pangkalan udara Shamsi sesudah pemboman pada 26 November yang mematikan 24 tentara tersebut.

Pangkalan itu diyakini secara luas merupakan pangkalan perang rahasia pesawat tanpa awak pusat agen intelijen AS (CIA) terhadap pejuang Taliban dan Al Qaida di barat laut.

Duta Besar AS di Islamabad, Cameron Munter kepada kepada televisi Pakistan pada Senin mengatakan, "Kami mematuhi permintaan tersebut."

Tenggat waktu pemindahan seluruh tentara dan peralatan Amerika Serikat dari pangkalan propinsi terpencil Baluchistan, Pakistan barat daya, itu ditetapkan 11 Desember.
(Uu.H-AK/C003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011