Mogadishu (ANTARA) - Ratusan anggota parlemen Somalia bertemu pada Minggu di hanggar bandara yang dijaga ketat untuk memilih presiden baru dalam pemungutan suara yang diperlukan untuk memastikan negara miskin dan dilanda konflik itu terus menerima bantuan keuangan asing.

Pemungutan suara itu telah ditunda berulang kali karena pertengkaran di dalam pemerintahan tapi harus diadakan bulan ini agar program Dana Moneter Internasional (IMF) senilai 400 juta dolar ( Rp5,86 triliun) tetap dapat dimanfaatkan.

Situasi itu terjadi selama saat negara Tanduk Afrika tersebut menghadapi kekeringan terburuk dalam empat dekade terakhir ini, juga berhadapan dengan latar belakang kekerasan yang menyengsarakan karena perang oleh pemberontak Islam, pertempuran di antara pasukan keamanan, dan persaingan klan.

Pada Rabu (11/5), sebuah bom bunuh diri yang diklaim oleh gerilyawan al Shabaab melukai tujuh orang selama demonstrasi politik di dekat hanggar tempat para anggota parlemen akan berkumpul.

Pada Jumat (13/5), para pejuang dari kelompok Muslim Sufi bertempur melawan pasukan pemerintah untuk memperebutkan ibu kota Negara Bagian Galmudug.

Presiden petahana Mohamed Abdullahi Mohamed --yang dikenal sebagai "Farmaajo" karena kecintaannya pada keju Italia-- tampaknya tidak mungkin memenangkan pemilihan kembali setelah kehilangan dukungan dalam pemilihan parlemen bulan lalu, kata para analis.

Hilangnya peluang menang bagi petahana itu membuat dua mantan presiden berada di antara kandidat terdepan: Sharif Sheikh Ahmed (2009-2012) dan Hassan Sheikh Mohamud (2012-2017).

Kepala wilayah semiotonom Puntland, Said Abdulahi Deni, juga memiliki peluang bagus, kata para analis.

Hanya ada satu perempuan di antara ke-36 calon itu, yakni mantan menteri luar negeri Fawzia Yusuf Adam. Sekitar 329 anggota parlemen dari kedua majelis berhak memilih.

Pasukan pemelihara perdamaian Uni Afrika akan menjaga lokasi itu selama pemungutan suara,yang diperkirakan berlangsung dua atau tiga putaran. Menurut banyak orang Somalia, pemilihan tersebut secara tradisional lebih dipengaruhi oleh penyuapan daripada kebijakan.

Ahmed, mantan Islamis, mengambil alih sebagai presiden pemerintah transisi yang didukung Barat pada 2009, membentuk tentara nasional, dan membantu mendorong al Shabaab keluar dari Mogadishu.

Mantan presiden lainnya, Mohamud, adalah seorang aktivis perdamaian dan akademisi. Keduanya dituding gagal membendung korupsi.

Meskipun terpecah oleh perang saudara sejak 1991, Somalia telah mengadakan pergantian kepemimpinan yang relatif damai setiap empat tahun sejak 2000, meskipun yang terakhir telah ditunda sejak 2021.

Ketidakamanan yang meluas berarti pemilihan umum tetap tidak mungkin diadakan untuk sekitar 15 juta warga Somalia.

Sumber: Reuters

Baca juga: Presiden Somalia Mohamed Abdullahi pecat Perdana Menteri Roble

Baca juga: Ledakan dahsyat guncang ibu kota Somalia


 

Somalia, derita yang sempurna tertuang di sana

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022