Jakarta (ANTARA) - Direktur Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Sydney Ayu Maryam mengungkap peluang dan tantangan agar eksportir Indonesia mampu menembus pasar Australia, yakni berpikir sebagai  pembeli (buyer) dan tidak hanya berpikir sebagai eksportir. 

"Kalau mau ekspor ke Australia, pertama adalah harus berpikir sebagai buyer Australia. Kita tidak bisa berpikir hanya sebagai eksportir," kata Ayu saat menghadiri seminar web bertajuk "Understanding the Australian Business Environment", Selasa.

Menurut Ayu, hal-hal yang dipikirkan buyer Australia antara lain, mereka akan mengecek produk-produk apa saja yang boleh masuk ke pasar Australia

"Jadi, seperti dairy food produk daging segar, telur, itu tidak boleh masuk. Jadi harus sudah diolah untuk bisa masuk ke pasar Australia," ujar Ayu.

Selanjutnya, mereka juga akan berpikir soal regulasi yang perlu dilengkapi, misalnya untuk produk makanan, di mana Australia mengharuskan adanya kelengkapan dokumen untuk menjaga keamanan pangan yang masuk negeri kanguru.

Selain itu, calon eksportir Indonesia juga perlu memahami bahwa Australia adalah negara dengan empat musim, sehingga kebutuhan pakaian impor akan sangat berpengaruh pada musim apa yang sedang terjadi di Australia.

"Kemudian ada manufacturing regulation, di mana itu adalah dokumen yang menerapkan seperti apa produk itu dibuat. Misalnya keripik pisang, itu digoreng dengan minyak apa, lalu dengan suhu berapa, itu perlu disampaikan," ujar Ayu.

Selanjutnya, calon eksportir Indonesia juga perlu memerhatikan demografi Australia untuk menentukan segmen produk yang akan menggunakannya.

Ayu menyampaikan, penduduk Australia pada dasarnya multikultural, di mana mereka memiliki latar belakang Negara Inggris, sehingga memengaruhi selera mereka yang mirip dengan orang Inggris

"Selain itu, ada 150.000 orang Indonesia di seluruh Australia. Jadi, kalau di Indonesia produk itu laku, maka di sini juga akan laku," ujar Ayu.

Selanjutnya, yang perlu diketahui adalah tren konsumen, di mana pasca-COVID-19, kebanyakan masyarakat Australia ingin melakukan aktivitas yang berhubungan dengan alam, seperti banyak olahraga, berenang, dan naik gunung.

Kemudian, pelabelan pada produk pakaian, makanan, dan mainan anak secara lengkap dan jelas, terkait identifikasi dari produk itu.

"Hal lain yakni harus kompetitif, karena kita bersaing dengan negara lainnya, seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Jadi harus kompetitif dari segi harga dan kualitas," kata Ayu.

Selain itu, eksportir Indonesia perlu gigih untuk menjaring buyer asal Australia dengan menjaga hubungan baik dengan para buyer, baik secara virtual maupun tatap muka.

Terakhir yakni konsisten, yang artinya, ketika eksportir Indonesia berhasil mendapatkan pesanan dari Australia, maka pasokannya harus dijaga sesuai dengan ketentuan waktu dan kuantitas yang disepakati.

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022