Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan software dan analisis bisnis, SAS, membukukan pendapatan global 2,725 miliar dolar AS pada 2011, naik 12 persen dari dari tahun sebelumnya.

Kinerja SAS 2011 itu ditunjang oleh melonjaknya pendapatan pada semua layanan solusi dan ketegori industri, kata SAS dalam pernyataan pers yang diterima ANTARA News di Jakarta, Rabu.

"(Pendapatan) software untuk mendeteksi penipuan naik hingga triple-digit. Pendapatan dari solusi on-demand tumbuh hampir 50 persen. Pertumbuhan dari analytics dan solusi manajemen informasi mencapai double digit, berasal dari solusi customer intelligence, retail, risk, dan supply chain."

CEO SAS Jim Goodnight mengatakan,"Inovasi merupakan satu hal yang terus kami jaga dan membuat SAS tetap berkembang selama 36 tahun ini."

Sejalan dengan pertumbuhan kinerjanya, jumlah karyawan SAS juga tumbuh 9,2 persen. SAS juga menginvestasikan kembali 24 persen dari pendapatannya untuk penelitian dan pengembangan.

Dari total pendapatan global SAS, operasinya di Amerika menyumbangkan terbesar, 46 persen, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) memberikan kontribusi 42 persen, sementara Asia Pasifik 12 persen.

SAS mengklaim pendapatan layanannya mengalami pertumbuhan di semua industri, terutama pada sektor jasa keuangan, kemudian bidang pemerintah, kesehatan, dan life sciences yang tumbuh dua digit.

Country Manager SAS Indonesia Erwin Sukiato mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar dalam Business Analytics (BA) terutama untuk bisnis yang mengalami kejenuhan, seperti perbankan, jasa keuangan, dan telekomunikasi.

"Pemerintah juga merupakan sektor yang memerlukan BA dan solusi SAS memungkinkan pemerintah untuk lebih memahami, menggunakan dan melindungi data mereka, tanpa mengkhawatirkan tentang volume, kondisi, negara atau pun lokasi," katanya.

BA SAS, kata Erwin, merupakan yang terbaik dan memenuhi syarat dalam menyaring big data (data besar) untuk mengidentifikasi pola baru serta hubungan yang relevan dan dapat ditindaklanjuti. "Itulah alasan mengapa pelanggan kami setia menggunakan SAS.”

Mengenai kinerja keuangan Erwin mengatakan, pada 2011 pertumbuhan SAS Indonesia melampaui prosentase hasil global. Pertumbuhan dihasilkan dari semua industri, mulai dari perbankan, jasa keuangan, pemerintah, perusahaan riset, manufaktur, dan sektor pendidikan.

Menyebut satu prediksi, SAS mengatakan bahwa data yang dihasilkan di dunia pada tahun lalu lebih dari 1,8 triliun gigabyte. Prediksi lain menyebutkan bahwa pada 2020 data akan meningkat 50 kali lipat.

(*)

Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012