London (ANTARA) - Euro mendatar pada perdagangan Senin, bertahan di dekat level terendah lima tahun terhadap dolar AS, karena investor mencari keamanan di greenback di tengah kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan global.

Perang di Ukraina dan kejatuhan ekonominya, khususnya inflasi makanan dan energi yang melonjak, telah menjadi hambatan besar bagi euro, yang telah melemah lebih dari 8,0 persen terhadap dolar tahun ini. Perbedaan antara respon Bank Sentral Eropa (ECB) dan Federal Reserve AS terhadap inflasi yang lebih tinggi juga membebani euro.

Data pada Jumat (1/7/2022) menunjukkan inflasi zona euro melonjak ke rekor lain, menambah kasus bagi ECB untuk menaikkan suku bunga bulan ini.

Jeremy Stretch, Kepala Strategi Valas G10 di CIBC memperkirakan hambatan pada euro akan bertahan karena ECB akan menaikkan suku bunga pada 21 Juli dengan "hanya 25 basis poin".

"Tindakan ECB tetap moderat jika dibandingkan dengan kenaikan Fed 75 basis poin," katanya. "Di luar diskusi kebijakan moneter ECB, variabel risiko utama Uni Eropa terkait dengan sektor energi."

Euro datar di 1,0423 dolar AS pada Senin, sedikit di atas palung lima tahun pada Mei di 1,0349 dolar AS.

Kekhawatiran resesi global telah membuat dolar tetap tinggi bahkan ketika pasar telah mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga AS mereka. Pasar memperkirakan peluang sekitar 85 persen untuk kenaikan lain sebesar 75 basis poin bulan ini dan suku bunga pada 3,25 persen hingga 3,5 persen pada akhir tahun - sebelum pemotongan pada 2023.

Baca juga: Dolar bertahan kuat, pasar khawatirkan perlambatan pertumbuhan global

Indeks dolar AS naik 0,1 persen menjadi 105,140, ​​tidak jauh di bawah tertinggi dua dekade bulan lalu di 105,790.

Perdagangan kemungkinan akan ringan menjelang liburan Hari Kemerdekaan di Amerika Serikat pada Senin waktu setempat.

Dolar Australia dan Selandia Baru, serta krona Swedia, mencapai posisi terendah dua tahun pada Jumat (1/7/2022) dan tidak jauh dari level tersebut pada Senin.

"Aussie dan mata uang komoditas lainnya dan bahkan euro dan sterling kemungkinan akan turun lebih dalam minggu ini, mengingat pasar saat ini sangat fokus pada risiko perlambatan tajam dalam ekonomi global," kata Ahli Strategi Mata Uang The Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong, di Sydney.

Sterling mencapai level terendah dua minggu di 1,1976 dolar AS pada Jumat (1/7/2022) dan terakhir dibeli 1,21170 dolar AS.

Melihat ke depan untuk sisa minggu ini, investor menunggu publikasi risalah dari pertemuan Fed bulan lalu pada Rabu (6/7/2022) dan data ketenagakerjaan AS pada Jumat (8/7/2022).

Bank sentral Australia akan bertemu pada Selasa (5/7/2022) dan pasar telah memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 40 basis poin (bp). Aussie mungkin tidak mendapatkan banyak dorongan jika kenaikan sebesar itu, atau sekitar itu.

Baca juga: Rupiah melemah di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi

Baca juga: Euro turun, dolar naik setelah Powell tegaskan kembali sikap "hawkish"Baca juga: Euro dan sterling jatuh, dipicu kekhawatiran lonjakan inflasi Inggris


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022