Singapura (ANTARA) - Pengukur harga konsumen utama Singapura pada Juli naik lagi pada laju tercepatnya dalam lebih dari 13 tahun, data resmi menunjukkan pada Selasa, meningkatkan tekanan pada bank sentral untuk mempertimbangkan langkah pengetatan kebijakan lain tahun ini.

Kenaikan inflasi terutama didorong oleh kenaikan yang lebih kuat pada harga makanan, listrik dan gas, Otoritas Moneter Singapura (MAS) serta Kementerian Perdagangan dan Industri mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Tingkat inflasi inti – ukuran harga yang disukai bank sentral – naik menjadi 4,8 persen pada Juli pada basis tahun-ke-tahun. Sebuah jajak pendapat Reuters dari para ekonom telah memperkirakan kenaikan 4,7 persen.

Inflasi utama naik menjadi 7,0 persen, sesuai dengan perkiraan para ekonom. Tingkat inflasi inti dan inflasi utama masing-masing adalah 4,4 persen dan 6,7 persen pada Juni.

Baca juga: Singapura perketat kebijakan moneter, karena tekanan harga meningkat

Menyusul data inflasi Juli, tiga ekonom mengatakan mereka memperkirakan MAS akan mengetatkan kebijakan moneter dalam pernyataan terjadwal mereka pada Oktober, tetapi menambahkan kemungkinan pengetatan di luar siklus sebelum itu rendah.

Bank sentral Singapura telah memperketat kebijakan moneternya tiga kali tahun ini, dua kali secara mengejutkan pada Januari dan Juli. MAS biasanya menerbitkan dua pernyataan kebijakan moneter terjadwal setahun, pada April dan Oktober.

"Kasus dasar saya masih untuk pengetatan lain pada pernyataan Oktober yang dijadwalkan karena inflasi belum mencapai puncaknya dan menunjukkan tanda-tanda stabilisasi," kata Selena Ling, Kepala Penelitian dan Strategi Keuangan di OCBC.

Perkiraan inflasi inti MAS untuk tahun ini adalah antara 3,0 persen dan 4,0 persen, sementara inflasi utama diperkirakan akan berada di antara 5,0 persen dan 6,0 persen.

Baca juga: SGX bukukan rekor pendapatan, namun keuntungannya naik tipis

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022