Jakarta (ANTARA) - Perusahaan ternama dalam industri solusi identitas dan keamanan, HID Global menemukan empat tren baru dan kondisi keadaan pasar terkini melalui riset yang mereka umumkan dalam Laporan State of Access Control 2022.

Commercial Director, Physical Access Control Solutions, Asean, HID Global Alex Tan mengungkapkan bahwa laporan tersebut disusun bersama dengan IFSEC Global yang telah berhasil melakukan survey di berbagai benua, termasuk Asia Pasifik di dalamnya.

"Kami melakukan survei kepada lebih dari 1.000 responden dari penjuru Amerika Utara (56 persen), Eropa-Timur Tengah-Afrika (EMEA) (29 persen) dan Asia Pasifik (15 persen) untuk menemukan tren pasar dan perilaku di sektor pengadaan (procurement), instalasi, spesifikasi hingga operasional dari physical access control solutions," ungkap Alex Tan kepada ANTARA di Jakarta, Kamis sore.

Hasil survey yang dilakukan bersama dengan IFSEC Global, HID Global menyatakan bahwa mereka telah merangkum dan juga menemukan empat tren baru yang akan mendominasi keadaan pasar secara global.

"Laporan tersebut menjabarkan keadaan pasar terkini, teknologi apa yang sedang digunakan, dan tren yang diamati serta diprediksi oleh para profesional di bidang IT dan keamanan untuk tahun-tahun mendatang seperti Kenyamanan, Fitur Tanpa Sentuh (Touchless) dan Mobile Access, System Interoperability, serta Keberlanjutan," kata dia.

Dalam kesempatan ini, dia menjelaskan empat tren tersebut agar nantinya mudah dipahami dan juga memiliki nilai manfaat untuk orang-orang yang ingin mengerti industri solusi identitas dan keamanan terpercaya.

Baca juga: Teknologi 5G jadi tren operator telekomunikasi dunia

Baca juga: Hal canggih ini yang diinginkan konsumen di gawai mereka

 
HID Global (ANTARA/Ho/HID Global)


Dia mengatakan bahwa tren kenyamanan menjadi poin utama dari hasil penelitian yang dilakukan. Hal itu dikarenakan, kemudahan penggunaan adalah alasan paling penting untuk melakukan peningkatan ke sistem access control yang baru, menurut 60 persen responden.

Ini berarti selain mengamankan keadaan, sistem baru harus menyediakan proses yang lancar dan mudah baik untuk para pengguna (karyawan, warga atau pengunjung) dan administrator (tim keamanan, IT dan pengelola fasilitas).

Selain itu, hasil penelitian ini menemukan tren kedua. Dimana, sebanyak 42 persen responden memiliki permintaan terhadap mobile access dan mereka berencana melakukan upgrade (peningkatan) ke sistem yang mobile-ready.

Sementara administrator sistem keamanan diuntungkan dari peningkatan efisiensi operasional, karyawan dan pengunjung juga melihat bahwa mobile access lebih nyaman dan aman karena perangkat mobile (mobile bagi HID Global tidak sama dengan arti seluler) lebih mudah dan lebih sering mereka gunakan dibanding kartu akses.

"Pandemi juga mempengaruhi permintaan physical access control tanpa sentuh. Sekitar 32 persen responden menyebutkan mereka akan melakukan upgrade (peningkatan) sistem yang menggunakan teknologi tanpa sentuh, dengan contactless biometrics menjadi salah satu faktor teknologi yang dipertimbangkan," kata dia.

Untuk tren yang ketiga, mereka menyebut bahwa Future-proof support juga menjadi kekhawatiran yang berkembang ketika para pengguna mengupayakan kenyamanan jangka panjang sambil mencapai penghematan biaya.

"Kenyataannya, hampir separuh responden (49 persen) memilih kemampuan mendukung teknologi masa depan sebagai salah satu dari tiga faktor paling utama pada access control solution yang baru, dan 33 persen memasukkan integrasi dengan platform keamanan yang sudah ada sebagai faktor penting," ucap dia.

Hasilnya, para konsultan dan integrator bergerak menjauh dari model-model proprietary dan merangkul teknologi berbasis open standards, dimana peningkatan piranti lunak (software upgrade) bisa secara aman dikelola melalui teknologi cloud.

Satu dari lima responden menambahkan bahwa interoperability dan open standards akan menjadi salah satu tren utama yang akan merubah industri di masa depan.

Untuk tren yang terakhir, sebanyak 28 persen responden telah berkonsultasi dengan departemen-departemen keberlanjutan mereka mengenai keputusan-keputusan pembelian yang akan mereka lakukan.

Misalnya, pemilihan perangkat access control reader yang memiliki sertifikasi ramah lingkungan maupun manajemen intelligent power, dapat menambah tingkat penilaian rating dari green building seperti LEED.

Selain itu, menggunakan mobile access dan virtual credentials bisa mengeliminir kebutuhan kartu plastik dan berarti juga jejak karbon yang berkaitan. Ketika diintegrasikan dengan platform manajemen gedung, adalah mungkin untuk menjaga penyesuaian yang terus-menerus sumber daya Gedung berdasarkan keterisian (occupancy).

Baca juga: Tren pernikahan era pandemi, lebih intim dan ramah teknologi

Baca juga: Software manajemen berbasis AI jadi tren di 2022

Baca juga: Bank Dunia sebut tren belanja daring belum akan geser "offline"
Fakta Baru
 
Teknologi mobile acces dari HID Global (ANTARA/Ho/HID Global)





Pihak HID Global selain menemukan empat tren terbaru, pihaknya bersama dengan IFSEC Global juga menemukan adanya fakta terbaru yang dimana banyak perusahaan masih mempertahankan untuk menggunakan piranti identifikasi identitas (kredensial) yang tergolong kuno.

Dia menjelaskan bahwa sebagaimana kita ketahui bersama, kredensial versi lama tidak dienkripsi dan jauh lebih mudah untuk diduplikasi sehingga faktor keamanannya sangat rentan.

"Berbeda dengan opsi yang lebih modern seperti Seos, iCLASS atau MIFARE DESFire EV3 yang memiliki lebih banyak fitur keamanan, terenkripsi, menerapkan otentikasi timbal balik sehingga jauh lebih aman," jelas dia.

Dari sisi penggunaan teknologi / piranti identifikasi identitas (kredensial), survei menemukan bahwa industri paham bahwa dibanding 10-15 tahun yang lalu, mereka kini memiliki banyak sekali pilihan, tak hanya sistem elektronik ID cards dan Bluetooth saja, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

Penggunaan untuk ID badge masih mendominasi, dimana 60 persen organisasi menerapkannya untuk mengelola kontrol akses. Pemanfaatan sistem pengelolaan waktu dan kehadiran (time & attendance), untuk melacak absen karyawan, menentukan besar gaji maupun fungsi administratif lainnya digunakan oleh 50 persen responden.

Sementara itu 32 persen responden mengatakan mereka aktif menggunakan teknologi mobile ID, dengan 30 persen lagi menyatakan telah menerapkan teknologi biometrik, baik untuk pengenalan sidik jari, wajah maupun retina mata (iris recognition).

"Terungkap bahwa hampir sepertiga responden (32 persen) menyatakan mereka masih menggunakan kartu proximity frekuensi rendah 125-kHz, sedangkan sepertiga lagi (35%) masih mendukung teknologi strip magnetik. Padahal kedua teknologi tersebut telah diperkenalkan para era 1980-an dan 1990-an," tegas dia.

Dalam hal ini, memang terlihat hanya dalam waktu dua tahun, telah terjadi penurunan yang cukup signifikan ketika responden ditanyakan apakah mereka merasa bahwa sistem kontrol akses yang mereka gunakan telah memenuhi atau bahkan melampaui harapan mereka.

Sebelumnya, pada tahun 2020, tercatat 51 persen responden merasa sistem kontrol akses yang mereka gunakan telah memenuhi atau bahkan melampaui harapan mereka, namun hasil survei 2022 mencatat jumlahnya merosot menjadi 41 persen saja.

Baca juga: HID Global raih sertifikasi tingkat tinggi dari MasterCard

Baca juga: HID Global Luncurkan vanGO, Solusi Keamanan Visual One2one Paling Mutakhir di Industri

Baca juga: Tiga tren ini terkait dengan peran teknologi dalam pertumbuhan UMKM

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022