Vladivostok (ANTARA) - VTB Bank, bank nomor dua Rusia kembali membukukan untung pada Juli setelah mencatat kerugian dalam enam bulan pertama tahun ini, dan akan mulai meminjamkan yuan China dan mata uang non-Barat lainnya akhir tahun ini, kata bank tersebut pada Selasa.

Dipukul oleh sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Barat, sektor perbankan Rusia mencatat kerugian besar dalam enam bulan pertama tahun ini dan para pejabat telah mendorong pemberi pinjaman untuk secara drastis mengurangi eksposur mereka terhadap dolar AS dan euro.

Berbicara di Forum Ekonomi Timur Rusia di Vladivostok, CEO VTB Andrei Kostin mengatakan VTB masih diperkirakan akan membukukan kerugian selama setahun penuh, meskipun ada perubahan haluan selama musim panas.

“Sejak Juli, kerja kami mulai menghasilkan keuntungan. Kami berharap kuartal ketiga dan keempat secara keseluruhan akan positif,” kata Kostin di forum tersebut.

Tetapi bank mengalami "kerugian yang signifikan" pada semester pertama, kata Kostin, karena kombinasi aset yang dibekukan di luar negeri, sanksi dan posisi valuta asing yang terbuka.

Baca juga: EU perlunak sanksi bagi bank-bank Rusia demi pasokan pangan

Kostin mengatakan bank telah melihat perubahan besar dalam dinamika mata uang di antara kliennya sepanjang tahun ini, dengan pangsa simpanan dalam mata uang "tidak bersahabat" turun menjadi 15 persen dari 40 persen pada awal tahun.

Rusia telah melabeli semua negara yang memukulnya dengan sanksi - termasuk Amerika Serikat, anggota Uni Eropa dan Inggris - "tidak bersahabat" dan mendorong bank-bank dan perusahaan-perusahaan untuk berhenti berurusan dengan mata uang mereka.

VTB berencana untuk mulai mengeluarkan pinjaman perusahaan ke negara-negara "bersahabat" sebelum akhir tahun 2022, kata Kostin, dengan satu proyek potensial yang setara dengan 450 miliar rubel (7,4 miliar dolar AS) dalam yuan China. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Perpindahan VTB ke mata uang China mengikuti pemberi pinjaman utama Rusia Sberbank, yang mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya telah mulai meminjamkan dalam yuan dan telah melihat "permintaan yang cukup besar."

Baca juga: Rupiah ditutup menguat, pasar tunggu arah kebijakan bank sentral dunia


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022