Samarinda (ANTARA) - Wali Kota Samarinda Andi Harun mendukung dan membantu program pertukaran pelajar yang digagas American Field Service (AFS) bekerja sama dengan Yayasan Bina Antarbudaya.

“Saya membantu dan mendukung minimal satu orang dulu, dengan syarat kemampuan ekonominya kurang, kita akan membantu pembiayaanya. Jangan sampai ketika sudah lolos dan anak itu benar-benar memiliki potensi, karena tidak ada biaya, akhirnya gagal,” kata Andi Harun saat menerima kunjungan Yayasan Bina Antarbudaya didampingi kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda Asli Nuryadin di Samarinda, Kamis.

Andi Harun juga menyambut positif kehadiran pelajar dari Polandia Maria yang akan melaksanakan program bina antarbudaya di Kota Samarinda selama tiga bulan.

“Nanti, Maria kita libatkan pada kegiatan kebudayaan yang masuk di agenda protokol Pemkot Samarinda,” katanya.

Baca juga: Pelajar Samarinda dan Bontang lolos Paskibraka Nasional 2022

Baca juga: Pertukaran Antar Budaya Salah Satu Cara Ciptakan Perdamaian


Ketua harian Yayasan Bina Antarbudaya Chapter Samarinda Desy Rusmawaty menjelaskan misi Bina Antarbudaya adalah menciptakan pemimpin masa depan yang memiliki pribadi berkualitas, berprestasi, memiliki visi, empati sosial dan nasionalisme, serta berwawasan internasional.

“Melalui berbagai program yang diselenggarakan, diharapkan dapat terjalin pemahaman dan persahabatan, sehingga tercipta dunia yang lebih damai dan adil. Mereka inilah agen perdamaian dunia,” ucap Desy yang juga alumnus program AFS Australia tahun 1997-1998.

Desy mengaku sedih terhadap peserta tahun lalu telah lolos seleksi, namun tidak ada biaya, sehingga gagal mengikuti program pertukaran pelajar.

“Kita sudah mengajukan permohonan melalui anggota DPR RI, kemudian ke perusahaan-perusahaan, karena alasan COVID-19, tidak mendapatkan bantuan. Padahal, anak itu sangat potensial,” ujar Desy yang juga dosen Universitas Mulawarman (Unmul).

Desy menuturkan ketika mengirim anak mengikuti program AFS sama halnya dengan investasi pembangunan di masa depan. “Biaya yang diperlukan untuk program AFS dalam satu tahun sekitar Rp200 juta-Rp250 juta,” bebernya.

Koordinator Public Relations Yayasan Bina Antarbudaya Samarinda Nabila Nandini menambahkan Samarinda sebagai salah satu chapter tertua di Kalimantan telah melakukan seleksi dan mengirimkan pelajar asal Kaltim ke luar negeri sejak tahun 1982.

“Bina Antarbudaya Samarinda adalah mitra strategis dari berbagai pihak yang memiliki visi untuk memajukan pendidikan dan pembangunan SDM di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara,” katanya.

Baca juga: Jepang beri penghargaan ke WNI karena perkuat hubungan Tokyo-Jakarta

Baca juga: Forum dialog antar budaya perkuat kerja sama Indonesia-Bulgaria


Menurutnya, Yayasan Bina Antarabudaya berkomitmen ingin memotivasi generasi muda untuk dapat bersekolah ke luar negeri hingga memiliki pengalaman internasional.

Nabila menyebutkan tahun ini kembali melaksanakan seleksi pertukaran pelajar untuk dua program utama, yaitu AFS dan Kennedy-Lugar Youth Exchange Student (KL-YES).

Pendaftaran dibuka 27 Agustus sampai 18 September 2022, untuk program KL-YES dengan negara tujuan Amerika Serikat. Program KL-YES menerima siswa disabilitas atau difabel untuk ikut mendaftar dan menjalani seleksi yang diselenggarakan secara inklusif.

Sementara pendaftaran seleksi untuk program AFS dibuka pada 27 Agustus sampai 2 Oktober 2022 dengan negara tujuan Amerika Serikat, serta 30 negara lain di wilayah Eropa, dan Asia.

“Kami mengundang dan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa kelas X dan XI SMA/SMK/MA dan pesantren di Kaltim dan Kaltara untuk mendaftar. Informasi lebih lanjut mengenai persyaratan dan proses seleksi dapat diakses melalui instagram @binabudsamarinda dan website seleksibinaantarbudaya.or.id,” ujar Nabila.
 

Pewarta: Gunawan Wibisono
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022