Terjadi ‘bola salju’ peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Widyaprada Ahli Utama Direktorat Sekolah Dasar (SD) Kemendikbudristek Jumeri berharap peningkatan mutu pendidikan dapat terwujud melalui praktik baik implementasi Sekolah Penggerak dengan strategi efek berganda (multiplier effect).

“Kami berharap ada efek berganda atau efek multiplier dari praktik baik implementasi Sekolah Penggerak. Sebagai ilustrasi, apabila ada 20 kepala sekolah penggerak bekerja sama dan saling berbagi praktik baik, maka setiap kepala sekolah itu akan membawa 19 praktik baik dari sekolah penggerak lainnya,” kata Jumeri dalam webinar yang diikuti secara virtual di Jakarta, Senin.

Jumeri menambahkan, jika seorang kepala sekolah tersebut membagikan pengalamannya di forum kelompok kerja guru (KKG)/kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), maka pengetahuan atau praktik baik dapat diketahui dan bermanfaat oleh 19 kepala sekolah lainnya.

“Ini luar biasa. Jadi ini akan menjadi seperti bola salju yang semakin bergelinding semakin besar bolanya. Dan efek berganda yang dapat dikembangkan adalah terus dikembangkan dan dilanjutkan,” katanya.

Baca juga: Satuan pendidikan diharapkan kembangkan program peningkatan mutu

Baca juga: 17 sekolah di Sangihe ditetapkan sebagai Sekolah Penggerak


Jumeri mengatakan strategi melalui Program Sekolah Penggerak tersebut dapat menjawab permasalahan mutu pendidikan. Menurutnya, para guru penggerak juga nantinya memiliki kontribusi yang luar biasa pada peningkatan mutu pendidikan.

“Kalau setiap kepala sekolah melakukan langkah ini, berkumpul 20 orang kemudian berpisah, masing-masing menghimpun 20 orang lagi, yang 20 orang itu menghimpun lagi 20 orang, maka terjadi ‘bola salju’ peningkatan mutu pendidikan di Indonesia,” tegasnya lagi.

Ia mengatakan program Sekolah Penggerak sendiri tidak didominasi oleh sekolah-sekolah hebat atau level empat saja, melainkan dapat diikuti dan dilaksanakan oleh semua level sekolah.

Jumeri menilai setiap sekolah, terlepas dari levelnya, memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Ia mengimbau agar para guru untuk menghimpun kelebihan atau capaian di semua level sekolah untuk dijadikan sebagai praktik baik Sekolah Penggerak.

“Setiap sekolah tidak harus sama praktik baiknya. Dan praktik baik di sekolah A belum tentu cocok untuk diterapkan di sekolah B karena levelnya mungkin berbeda, tahapnya berbeda, kondisi sekolahnya berbeda. Jadi kita membutuhkan semakin banyak praktik baik pada berbagai kondisi sekolah berbagai daerah,” katanya.

Jumeri mengatakan Sekolah Penggerak memiliki kondisi yang berbeda-beda sehingga dalam melihat kemajuan sekolah hendaknya bukan dengan membandingkan sekolah satu dengan yang lain, tetapi membandingkan sekolah tersebut dengan kondisi sebelum dilakukannya transformasi.

“Lihatlah masalahnya apa, penyelesainnya bagaimana, kemudian hasilnya seperti apa. Itulah praktik baik. Sekolah Penggerak perlu menerapkan perbaikan berkelanjutan. Jadi setiap praktik baik tidak langsung sempurna, tetapi akan dilakukan perbaikan dan penyempurnaan secara berkelanjutan,” kata Jumeri.

Baca juga: Kemendikbudristek tambah 3 wilayah terapkan Prototipe di Bengkulu

Baca juga: Pemerhati: Pengangkatan kepala sekolah di swasta cukup mengkhawatirkan

 

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022