Individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan untuk mengurai masalah kesehatan jiwa di Indonesia saat ini diperlukan strategi, yakni melalui advokasi, kemitraan, dan pemberdayaan masyarakat.

“Saya berharap dengan strategi-strategi utama ini, kita mampu untuk mengurai masalah kesehatan yang ada, ” kata Dante pada acara “Puncak Hari Kesehatan Jiwa Sedunia” yang diikuti di Jakarta, Senin.

Menurut dia, tiga strategi utama tersebut harus dikolaborasikan dengan pentaheliks, yaitu kolaborasi pemerintah pusat-pemerintah daerah bersama perguruan tinggi dan dunia usaha atau swasta, organisasi profesi, media massa, serta donor agensi, organisasi massal dan LSM yang melakukan upaya kesehatan jiwa secara terpadu dan terintegrasi.

Dante mengatakan upaya promosi dan preventif kesehatan jiwa seperti deteksi dini di semua siklus kehidupan dan tatanan kehidupan diharapkan dapat mencegah dan mengendalikan jumlah orang dengan masalah kesehatan jiwa.

Baca juga: Psikiater: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia momen edukasi kesehatan mental

Baca juga: Kemenkes: Pandemi beri dampak besar pada kesehatan jiwa


“Kolaborasi ini mutlak diperlukan dalam rangka mempercepat pencapaian target pembangunan kesehatan di Indonesia yang dicita-citakan,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia dan di Indonesia.

Beban masalah kesehatan jiwa, imbuhnya, terus meningkat yang berdampak terhadap kesehatan, konsekuensi sosial, hak asasi manusia, dan juga terhadap ekonomi di semua negara di dunia.

“Kesehatan jiwa seseorang dikatakan baik bila individu dapat berkembang secara fisik dan mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya,” kata Dante.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan beberapa masalah kesehatan jiwa di Indonesia, salah satunya prevalensi rumah tangga dengan anggota menderita gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis yang meningkat dari 1,7 per mil tahun 2013 menjadi 7 per mil tahun 2018.

Kemudian, prevalensi depresi pada tahun 2018 sebesar 6,1 persen atau sekitar 12 juta penduduk untuk umur lebih dari 15 tahun.

Prevalensi gangguan mental emosional pada usia lebih dari 15 tahun juga mengalami peningkatan dari 6 persen di tahun 2013 menjadi 9,8 persen atau sekitar 20 juta di tahun 2018.

“Saat pandemi COVID-19 tahun 2021 terjadi juga peningkatan masalah dan gangguan kesehatan jiwa sebesar 64,3 persen, baik itu karena menderita penyakit COVID-19 maupun karena masalah sosial-ekonomi sebagai dampak pandemi,” kata Dante.

Sebagai informasi, kampanye Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada tahun ini mengambil tema “mental health and wellbeing for all a global priority” yang bertujuan untuk memastikan kesehatan jiwa dan kesejahteraan mental di prioritas global untuk semua.

Sementara itu, Indonesia mengangkat tema “pulih bersama, generasi sehat jiwa” dalam peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2022.

Dante mengatakan tema nasional tersebut memiliki harapan optimis bahwa Indonesia mampu melewati masa sulit dan siap menghadapi tantangan global untuk membawa negara ini maju dengan generasi emas.

Baca juga: Bidan : Pentingnya periksa kesehatan jiwa bagi calon pengantin

Baca juga: Kemenkes tingkatkan layanan kesehatan jiwa lewat transformasi rujukan

 

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022