apapun penyebabnya, segera lakukan pertolongan pertama dan segera ke rumah sakit terdekat
Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Bedah Plastik dan Rekonstruksi (Konsultan) Aditya Wardhana mengingatkan para orang tua untuk menjauhkan air panas dari jangkauan anak-anak karena menjadi penyebab nomor satu luka bakar pada anak.

“Air panas dituangkan dalam ember anaknya bangun lihat ember isi air, anak-anak cenderung senang bermain air ternyata airnya itu panas. Meskipun ada penyebab yang lain tapi air panas ini masih mendominasi,” katanya dalam Webinar HUT 103 RSCM yang ditayangkan melalui YouTube RSCM, Kamis.

Aditya menyampaikan berdasarkan data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dari tahun 2012-2022, air panas menjadi penyebab utama luka bakar pada anak dengan persentase 32,4 persen. Kemudian diikuti api dengan 29,1 persen, ledakan gas 15,8 persen, zat kimia 11,3 persen dan 6,4 persen penyebab lainnya.

“Begitu juga dengan di luar negeri ya penyebabnya sama rata-rata di kamar mandi dan juga hati-hati dengan dispenser yang ada warna biru merah. Merah menarik perhatian dari anak-anak itu dipencet, keluar panas dan terjadi luka bakar,” ucapnya.

Baca juga: HUT ke-51, RSIJCP operasikan layanan pusat luka bakar
Baca juga: Spesialis bedah plastik : pemberian odol perburuk nyeri luka bakar

Jika anak mengalami luka bakar akibat air panas, ia meminta para orang tua segera mengaliri luka dengan air mengalir selama 20 menit. Lalu menutup permukaan luka bakar tersebut dengan kain bersih dan segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter.

Ia menuturkan bahwa masyarakat kerap menganggap enteng luka bakar dan hanya memberi salep dan baru ke rumah sakit ketika sudah timbul komplikasi. Akibat dari luka bakar tersebut pun bisa memburuk menjadi keloid, parut dan kontraktur, serta hipertropik.

“Jadi kita ambil kesimpulan, apapun penyebabnya, segera lakukan pertolongan pertama dan segera ke rumah sakit terdekat,” tuturnya.

​​​​​​Sedangkan penyebab luka bakar pada dewasa didominasi oleh ledakan kebocoran kompor gas dengan persentase 46,8 persen. Kemudian api sebanyak 26,2 persen, listrik 13,3 persen, zat kimia 5,6 persen dan air panas 8,1 persen.

Baca juga: Satu warga luka bakar akibat kebakaran di Grogol Petamburan
Baca juga: Enam warga luka bakar akibat kebocoran gas di Pulogadung

Ia menjelaskan, lokasi yang paling mendominasi luka bakar tersebut adalah di dapur dan tempat kerja, terutama yang berkaitan dengan bidang listrik dan api. Guna meminimalisasi dampak lebih luas akibat ledakan kebocoran kompor gas, ia pun menyarankan masyarakat untuk membuka ventilasi, jendela atau pintu ketika memasak.

“Sehingga gas tersebut tidak terkumpul di ruangan atau untuk meminimalisasi resiko trauma inhalasi pada ruangan tertutup,” sebutnya.

Sedangkan untuk pertolongan pertama pada korban yang tersengat listrik tegangan tinggi di atas 1.000 volt adalah dengan mematikan sumber listrik. Namun jika kesulitan menemukan sumber listrik, lepaskan korban tersebut dari sumber listrik dengan menggunakan alat bantu seperti tongkat.

“Dan jangan lupa saat menolong, berdiri di isolator seperti keset supaya kita juga tidak ikut ke setrum. Kalau ke pegang, dua-duanya jadi luka bakar listrik,” ucap dia.

Baca juga: Anak korban pembunuhan istri di Kramat Jati alami luka bakar 46 persen
Baca juga: Seorang anak korban luka bakar di Temanggung akhirnya meninggal

 

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022