Wina (ANTARA) - Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya OPEC+ sepakat mempertahankan target produksi minyak mereka di tengah merosotnya harga minyak mentah dan batas harga yang akan segera diterapkan oleh negara-negara Barat terhadap minyak Rusia.

Menurut pernyataan yang dirilis setelah pertemuan tingkat menteri OPEC+ ke-34, Minggu (4/12), aliansi produsen minyak tersebut memutuskan untuk kembali menetapkan keputusan yang diambil dalam pertemuan tingkat menteri yang digelar pada awal Oktober.

Dalam pertemuan tersebut, mereka sepakat memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari mulai November hingga akhir 2023. Pemangkasan produksi itu setara dengan sekitar 2 persen dari permintaan minyak global tahun 2022.

OPEC+ mempertahankan keputusannya terkait pemangkasan produksi pada Oktober karena didorong oleh pertimbangan pasar dan mempertimbangkan situasi para pelaku pasar sebagai tindakan yang diperlukan untuk menstabilkan pasar minyak global.

Keputusan terkait pengurangan output minyak OPEC+ itu diumumkan di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar minyak, termasuk harga minyak mentah yang melemah dan batas harga untuk minyak Rusia yang diberlakukan oleh negara-negara Uni Eropa (UE) dan G7.

 
   


Terlepas dari pemangkasan output OPEC+ pada Oktober, harga minyak mentah terus merosot akibat meningkatnya kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi dan hancurnya permintaan.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dan Brent berada di kisaran 80 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.429) per barel dalam beberapa pekan terakhir, jauh di bawah harga tertinggi yang tercatat pada musim panas yakni lebih dari 120 dolar AS per barel.

UE dan G7 pada Jumat (2/12) menyepakati batas harga sebesar 60 dolar AS per barel untuk minyak mentah seaborne Rusia, yang mulai diberlakukan pada Senin.

Berdasarkan pembatasan harga itu, layanan asuransi, keuangan, dan layanan lainnya untuk pengiriman minyak Rusia akan dilarang jika minyak dijual seharga lebih dari 60 dolar AS per barel.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat lain menuding OPEC+ telah mendorong kenaikan harga minyak dan memicu inflasi usai keputusan pemangkasan produksinya pada Oktober.

OPEC+ bersikeras bahwa pemangkasan itu dilakukan untuk menstabilkan pasar minyak mengingat harga minyak mentah mengalami kemerosotan di tengah prospek ekonomi global yang melemah.

Setelah pengumuman tentang keputusan UE tersebut, Mikhail Ulyanov, perwakilan tetap Rusia untuk organisasi internasional di Wina, Jumat (2/12), menyampaikan bahwa Eropa akan hidup tanpa minyak Rusia karena Moskow telah mengatakan dengan jelas tidak akan memasok minyak ke negara-negara yang mendukung batas harga antipasar.

Negara-negara OPEC+ juga memutuskan akan menggelar pertemuan tingkat menteri pada 4 Juni 2023. Namun, mereka menyatakan tetap siap menggelar pertemuan kapan saja.

Mereka juga akan segera mengambil langkah tambahan guna menyikapi perkembangan pasar dan mendukung keseimbangan pasar minyak beserta kestabilannya apabila diperlukan.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022