Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSAB Harapan Kita Jakarta Hadi Sjarbaini meminta setiap pasangan yang berminat menjalankan program bayi tabung untuk dilakukan skrining secara serentak pada waktu yang bersamaan.

“Pemeriksaan harus dilakukan dahulu terhadap suami dan istri dan ini harus berdua. Tidak boleh ibu saja duluan itu tidak boleh, kalau misal nanti ternyata masalahnya ada di suami? Jadi dua-duanya harus segera diperiksa,” katanya dalam Siaran Sehat “Mengenal Program Bayi Tabung” yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Ia menuturkan bayi tabung istilah awam untuk menjelaskan sebuah prosedur pembuahan antara sperma dan sel telur yang dilakukan di laboratorium atau di luar tubuh manusia. Proses penggabungan keduanya akan disebut sebagai bakal janin atau embrio yang disimpan dalam wadah berbentuk seperti tabung.

Dalam melakukan program bayi tabung, setiap pasangan harus benar-benar berkomitmen karena akan menguras banyak waktu. Di samping itu, pasangan harus melakukan skrining terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas masing-masing bibit calon bayi nanti.

Pada laki-laki skrining akan dilakukan melalui pemantauan banyaknya jumlah dan kualitas sperma secara objektif. Sperma akan dimonitoring terkait apakah dapat bergerak dengan baik hingga normal tidaknya bentuk sperma yang dihasilkan.

Pada perempuan, para ahli akan memeriksa kesehatan alat reproduksinya.

 Baca juga: PGT-A bantu tingkatkan potensi kehamilan 68 persen pada usia tertentu

Hadi menyatakan tidak boleh ada tumor, miom ataupun kista dan polip. Nantinya, para ahli juga akan bertanya terkait riwayat operasi pada bagian vagina yang pernah dijalani.

“Kedua saluran telurnya itu tidak boleh tersumbat, karena di saluran itulah tempat pertemuan antara sperma suami dan sel telur istri. Kemudian yang terakhir adalah wanita itu harus subur terjadi dalam siklus haidnya harus bisa menghasilkan sel telur,” katanya.

Ia mengatakan sebenarnya program bayi tabung sudah banyak dilakukan sejak tahun 1987. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 3.000 bayi yang berhasil dilahirkan dari program tersebut, dengan peserta tertua perempuan berusia 47 tahun, sedangkan masa kehamilan tertua sekitar usia 41-44 tahun.

Indonesia bahkan sudah memiliki sekitar 50 center bayi tabung tersebar di seluruh penjuru negeri, seperti Medan, Riau, Lampung, Batam, Pontianak, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya. Namun di Indonesia timur, baru Makassar yang memilikinya.

Hadi menambahkan teknologi yang digunakan pun tidak kalah bersaing dengan Singapura, Malaysia atau Thailand. Sudah banyak juga dokter mempunyai legalitas atas kompetensi terkait dengan program bayi tabung, sehingga masyarakat diimbau tidak khawatir atau berobat ke luar negeri.

Ia menyarankan bagi pasangan yang ingin mengikuti program bayi tabung, segera berkonsultasi pada dokter di klinik fertilitas dan tidak menundanya, sebab tingkat keberhasilan program bayi tabung juga dipengaruhi oleh usia ibu saat itu.

“Tidak usah keluar negeri karena di sini sudah banyak dan dokternya juga sudah mumpuni, teknologinya sudah baik. Kita juga punya untuk memeriksakan kromosom embrio kita juga sudah bisa di sini,” ucapnya.

Baca juga: Dokter: PGT-A bantu antisipasi kelainan kromosom embrio
Baca juga: Dokter: Tak perlu ragu ikut program bayi tabung demi punya momongan
Baca juga: Dokter: perbaiki gaya hidup agar proses bayi tabung optimal


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022