Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSAB Harapan Kita Jakarta Hadi Sjarbaini menyatakan diet sangat tidak dianjurkan untuk para ibu yang akan atau sedang mengikuti program bayi tabung.

“Jadi pada ibu atau istrinya itu biasanya kita tidak anjurkan untuk diet,” kata Hadi dalam Siaran Sehat “Mengenal Program Bayi Tabung” yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Hadi menuturkan jika program diet atau kurangnya asupan gizi pada ibu dalam aspek karbohidrat, protein atau lemak dapat menyebabkan sel telur yang dihasilkan ovarium atau indung telur tidak dapat tumbuh dan memiliki kualitas yang baik.

Baca juga: Tips diet sehat untuk penderita obesitas

Pada saat melakukan diet atau olahraga yang terlalu sering, banyak kalori yang seharusnya masuk ke dalam tubuh untuk membangun sel telur menjadi terbakar atau defisit kalori. Disarankan untuk melakukannya sesuai dengan porsi yang seimbang.

“Disarankan jangan, sebenarnya makan atau olahraganya itu biasa saja jangan gila-gilaan. Misal makan nasi padang, itu tidak usah membatasinya. Biasa saja dan terus beraktivitas seperti biasa supaya tidak semua lemak terbakar,” katanya.

Baca juga: Ahli gizi bagikan lima kiat pengaturan diet untuk cegah diabetes

Menurut Hadi, sangat penting bagi ibu untuk menjalankan bayi tabung dengan perasaan nyaman dan terhindar dari stres, karena program akan memakan waktu antara sembilan sampai 12 hari yang dimulai dari konsultasi dan skrining.

Ketika telur sudah matang melalui prosedur khusus, dokter akan mengambilnya melalui bimbingan USG. Selama masa itu, dibutuhkan juga waktu tiga hingga lima hari untuk menyimpan sel telur yang akan menjadi bakal janin untuk kemudian bisa ditransfer kembali masuk melalui vagina ibu.

Pada saat dimasukkan ke dalam rongga rahim, ibu tidak akan dibius, namun tetap mendapatkan pendampingan dari dokter dan perawat.

Baca juga: Sama-sama bikin kurus, apa bedanya bedah bariatrik dan sedot lemak?

“Katakanlah 12 hari kemudian tambah lima hari, jadi sekitar dua minggu tergantung respon ibu pada stimulasi itu. Kalau responnya bagus akan lebih cepat, tapi kalau responnya agak lambat mungkin kita butuh waktu lebih lama jadi spare (jeda) waktu antara dua sampai tiga minggu,” ujar Hadi.

Hadi menilai selain diet, hal yang harus diperhatikan adalah usia ibu, riwayat operasi seperti tumor atau kista serta pemakaian obat stimulasi atau obat penyubur yang berpengaruh pada penghasilan cadangan sel telur ibu.

Sedangkan dari laki-laki, faktor yang mempengaruhi keberhasilan bayi tabung adalah kebiasaan merokok yang mengganggu kualitas sperma, kebiasaan meminum alkohol serta suhu panas yang mempengaruhi produksi sperma pada buah zakar akibat pekerjaan berat yang mengandalkan bagian bawah tubuh, sering berendam air panas atau sauna.

“Jadi sekali lagi, kita harus bersama-sama melihat jadwal dan konsekuensi pada jadwal itu, terutama untuk ibunya karena kita melakukan rangsangan pada stimulasi di indung telur. Itu dia butuh makanan butuh kalori butuh protein, gula, kolesterol dan lain-lain,” katanya.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022