Depok (ANTARA) - Jaringan Indonesia Positif (JIP) yang mendapatkan dukungan dari USAID melalui kegiatan Advocate for Health terus mendorong upaya penerapan skema Community Based Screening (CBS) untuk pemeriksaan tes HIV dapat diimplementasikan secara maksimal.

"Kami melakukan pendekatan ke komunitas, organisasi pelaksana CBS, penyedia layanan kesehatan termasuk dengan pemerintah selaku pemegang kebijakan dalam hal ini Dinas Kesehatan," kata Advocacy Specialist JIP Timotius Hadi dalam keterangannya, Sabtu.

Skrining HIV berbasis komunitas atau Community Based Screening (CBS) yakni Skrining HIV Mandiri melalui cairan air liur atau disebut oral fluid test (OFT).

Pelaksanaan skema CBS ini, lanjut Hadi, melibatkan lintas sektor terkait dari organisasi yang menyebarkan alat tes dan  layanan kesehatan yang akan menerima tes konfirmasi (lanjutan).

“Kami terus membangun koordinasi dengan sektor terkait, untuk dapat memastikan ini dilakukan sesuai prosedur, kepastian logistik dan juga kesiapan komunitas. Kami tidak bekerja sendiri, kami bekerja sama dengan organisasi komunitas, organisasi pelaksana, dan dengan penyedia layanan," tutur Hadi.

Baca juga: JIP akselerasi penyampaian informasi melalui teknologi digital

Kementerian Kesehatan terus mendorong peningkatan angka temuan kasus baru HIV/AIDS. Salah satunya dilakukan melalui skrining HIV berbasis komunitas atau Community Based Screening (CBS) yakni Skrining HIV Mandiri melalui cairan air liur atau disebut oral fluid test (OFT).

Pengembangan strategi dalam meningkatkan temuan ini termaktub dalam kebijakan terbaru Kemenkes yakni Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 23 Tahun 2022 tentang Penanggulangan HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual.

CBS merupakan skema awal yang dapat dijalani oleh kelompok berisiko untuk mengetahui status HIV. Meski demikian, tetap harus dilakukan tes konfirmasi diagnosa dengan memeriksakan diri di layanan kesehatan.

Skema ini diprioritaskan bagi kelompok berisiko yang kesulitan mengakses layanan kesehatan karena terkendala faktor jarak, keterbatasan waktu, biaya transportasi, dan psikososial.

Baca juga: JIP: Diskriminasi jadi penyebab sulitnya atasi HIV di Indonesia

Tatalaksana CBS dilakukan dengan prosedur tertentu yang dipandu oleh penjangkau atau pendamping yang terlatih sehingga pelaksanaan CBS tetap terpantau dan terjamin akurasi serta kualitasnya.

"Prosedur CBS harus ada pendampingan. Bisa secara mandiri dengan pengawasan online melalui video call. Sebelum dites harus puasa selama 30 menit. Pengambilan cairan air liur dilakukan dengan pengusapan di gusi atas atau bawah," kata Divisi Legal Jaringan Indonesia Positif (JIP) Made Adi Mantara ​​​​​​.

Ia mengatakan strategi CBS ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam membongkar fenomena gunung es kasus HIV di Indonesia. Deteksi dini penting dilakukan bagi kelompok berisiko, ibu hamil, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus HIV per Juni 2022 telah ditemukan sebanyak 519.158 orang. Diketahui bahwa komitmen yang dicanangkan oleh pemerintah bersama negara-negara lain di tingkat global adalah minimal 95 persen dari perkiraan orang dengan HIV akan mengetahui status HIV-nya pada 2030.

Baca juga: JIP: tokoh masyarakat berperan sosialisasi penanganan HIV/AIDS

"Indonesia belum mampu mencapai target tersebut. Oleh karena itu, CBS dilakukan sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan temuan kasus baru HIV," kata Adi Mantara.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023