Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia menguat terhadap dolar AS yang melemah secara global pada awal perdagangan Kamis, setelah Federal Reserve AS terdengar hampir menyerukan penghentian kenaikan suku bunga, sementara harga minyak yang lebih lemah menahan mata uang Rusia dari kenaikan terhadap euro dan yuan.

Pada pukul 07.24 GMT, rubel menguat 0,7 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan di 76,55.

Dalam langkah yang diharapkan secara luas, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin tetapi menyusun kembali prospeknya ke sikap yang lebih berhati-hati sebagai akibat dari gejolak baru-baru ini di pasar keuangan yang dipicu oleh runtuhnya dua bank AS.

Rubel kehilangan 0,4 persen menjadi diperdagangkan pada 83,52 versus euro, sebelumnya menyentuh level terendah lebih dari 11 bulan di 83,8850. Mata uang Rusia itu turun 0,2 persen terhadap yuan diperdagangkan pada 11,21.

Rubel akan mulai mendapatkan dukungan dari pembayaran pajak akhir bulan, ketika permintaan pengekspor Rusia terhadap rubel cenderung meningkat karena mereka mengubah pendapatan mata uang asing untuk membayar kewajiban lokal.

Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 76,2 dolar AS per barel.

Pergerakan Brent lebih rendah setelah pengumuman Fed menunjukkan ada risiko resesi secara global, kata Sinara Investment Bank.

"Namun, pasar (ekuitas) Rusia sebagian besar tetap terisolasi dari 'risiko luar negeri' dan dapat berkonsolidasi sampai pemicu baru muncul," kata Sinara.

Indeks saham Rusia beragam. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel diperdagangkan 0,1 persen lebih rendah pada 2.390,6 poin, meskipun tidak jauh dari level tertinggi enam bulan pada Selasa (21/3/2023) di 2.431,23 poin, dipicu oleh rekomendasi Sberbank tentang rekor pembayaran dividen minggu lalu dan dikonsolidasikan oleh kunjungan Moskow Presiden China Xi Jinping.

Indeks RTS berdenominasi dolar naik 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 984,3 poin.
 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023