Kesepakatan itu tercetus dalam pertemuan antara anggota Dewan Pemerintahan merangkap Menteri Luar Negeri China Qin Gang dan Wakil Perdana Menteri merangkap Menlu Laos Saleumxay Kommasith.
Saleumxay melakukan kunjungan selama tiga hari ke China pada Minggu (16/4) hingga Selasa.
"China-Laos telah menjadi contoh yang bagus bagi kawasan ASEAN secara keseluruhan yang tercermin dari konvergensi kepentingan, komunikasi budaya, dan saling percaya secara politik," kata Direktur Pusat Studi ASEAN pada Chinese Academy of Social Sciences (CASS) Prof Xu Liping.
Akademisi yang menulis beberapa buku kepustakaan dalam bahasa Indonesia itu menambahkan bahwa kunjungan Saleumxay sangat penting bagi peningkatan kerja sama China-Laos, terutama sejak beroperasinya pelayanan kereta penumpang di jalur Kunming (China)-Viantiane (Laos).
"Tidak diragukan lagi pelayanan lintas-batas tersebut akan berkontribusi positif dalam mendukung konektivitas di seluruh kawasan, meningkatkan kepercayaan dalam kerja sama regional, dan mendukung integritas mekanisme ASEAN," kata Xu.
Sementara itu, Direktur Pusat Penelitian Keamanan Maritim ASEAN China pada Guangxi University of Nationalities, Ge Hongliang, berpendapat bahwa Strategi Indo-Pasifik yang diusulkan oleh Jepang dan Amerika Serikat telah menjadi tantangan bagi sentralitas ASEAN.
"Namun China mendukung inisiatif konsolidasi sentralitas ASEAN sebagai kerangka kerja multilateral yang mendorong negara-negara ASEAN lebih giat mendukung kerja sama dengan China," ujarnya dikutip media setempat.
Dalam pertemuan tersebut, kedua menlu sepakat meneguhkan sentralitas ASEAN, mengatasi isu-isu sensitif secara patut, mendukung persatuan, perdamaian, dan pembangunan kawasan.
Baca juga: Jalur kereta China-Laos akan dibuka April
Baca juga: Menembus perbatasan China-Laos dengan kereta peluru
Kereta China-Laos gelar latihan respons darurat dalam terowongan
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023