Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 mengakselerasi perkembangan teknologi digital di industri jasa keuangan terutama perbankan, seiring dengan perubahan pola konsumsi masyarakat.

Laporan portal data dan statistik dunia, Statista mencatat transaksi digital di seluruh dunia sejak tahun 2017–2021 tumbuh sebesar 118 persen dari 3,09 triliun dolar AS pada tahun 2017 menjadi 6,75 triliun dolar AS pada tahun 2021.

Di Indonesia, perkembangan transaksi digital tumbuh jauh lebih tinggi, yakni sebesar 1.556 persen dalam kurun waktu 2017–2020.

Tuntutan digitalisasi perbankan diperkuat oleh berbagai faktor pendorong pengembangan digital bank di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan perekonomian yang berpotensi besar untuk menyerap arus digitalisasi.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, faktor pendorong tersebut tercermin dalam tiga aspek utama, yaitu peluang digital (digital opportunity), perilaku digital (digital behavior), dan transaksi digital (digital transaction).

Peluang digital antara lain meliputi potensi demografis, potensi ekonomi dan keuangan digital, potensi penetrasi penggunaan internet, serta potensi peningkatan konsumen.

Kemudian, perilaku digital di antaranya meliputi kepemilikan gawai dan penggunaan aplikasi mobile. Sedangkan, transaksi digital terdiri dari transaksi perdagangan daring (e-commerce), transaksi perbankan digital, dan transaksi uang elektronik.

Bank Indonesia (BI) melaporkan nilai transaksi uang elektronik (UE) di Tanah Air pada Maret 2023 tumbuh tinggi sebesar 11,39 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) sehingga mencapai Rp34,1 triliun.

Nilai transaksi perbankan digital atau digital banking pun meningkat 9,88 persen (yoy) menjadi Rp4.944,1 triliun.

PT Bank Maybank Indonesia Tbk sebagai salah satu bank swasta di Indonesia tak mau tinggal diam. Dalam beradaptasi dengan kenormalan baru, Maybank Indonesia merespons dengan memberikan layanan jasa keuangan yang relevan kapan saja dan dimana saja melalui saluran digital.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan COVID-19 sangat berjasa dalam mengakselerasi digitalisasi atau pengembangan teknologi digital di Indonesia. Padahal, secara organik adopsi teknologi digital dapat memakan waktu bertahun-tahun.

Maka dari itu, Maybank Indonesia mulai menggencarkan Maybank2u (M2U) saat pandemi melanda. M2U merupakan layanan perbankan digital melalui mobile banking yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi kapanpun dan dimanapun dengan mudah.

Tak berhenti hanya meluncurkan M2U yang ditujukan untuk nasabah individu, Maybank Indonesia turut mengeluarkan layanan perbankan digital bagi nasabah korporasi yaitu Maybank to Enterprise (M2E) sebagai solusi transaksi finansial dengan akses regional melalui jaringan terpercaya yang memudahkan perusahaan dalam mengelola keuangan bisnis.

M2E merupakan layanan perbankan elektronik untuk nasabah korporasi, perusahaan, atau badan hukum, dengan kemampuan berbasis regional yang dapat di akses melalui jaringan internet yang aman untuk memudahkan nasabah Maybank mengelola arus kas perusahaannya.

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, menilai digitalisasi transaksi keuangan akan meningkatkan efisiensi usaha dan optimalisasi bisnis. Maka dari itu, digitalisasi transaksi keuangan perusahaan melalui M2E bisa mendongkrak kinerja bisnis korporasi.

Lebih dari itu, Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Ajib Hamdani, berpendapat digitalisasi akan memberikan dampak di banyak sisi perusahaan, salah satunya perluasan pasar. Dengan digitalisasi, batas tentang potensi pasar akan menjadi lebih luas dan bisa meningkatkan skala usaha.

Dampak lainnya yakni memperbaiki literasi keuangan karena sistem digitalisasi ini akan merekam pola bisnis dan membuat portofolio bisnis dan keuangan menjadi tercatat dengan baik.

"Hal ini akan mengkurasi pseudo-economics atau ekonomi semu dan menjadi catatan bagus kalau ke depan usahanya membutuhkan lembaga keuangan untuk pengembangan usaha," ucap Ajib.

Bank Dunia mencatat adopsi teknologi oleh bisnis di Indonesia memang merupakan yang paling tinggi di dunia. Adapun sudah terdapat 81 persen bisnis di Indonesia yang mengadopsi teknologi seiring dengan adanya pandemi COVID-19.


Segudang keuntungan

Untuk memaksimalkan kinerja perusahaan, terdapat beberapa kegunaan dan fungsi M2E yakni portfolio management dengan menampilkan portofolio nasabah seperti saldo akhir hari, pengelompokan aset dan liabilitas, mutasi rekening, dan lain-lain.

Fungsi lainnya yaitu payable management dengan melakukan transaksi seperti transfer ke sesama Maybank transfer daring, Sistem Kliring Nasional (SKN), Real Time Gross Settlement (RTGS), Telegrapic Transfer (TT), payroll, bill payment, dan eTax payment.

Kemudian, fungsi receivable management dengan melakukan transaksi debit langsung banyak rekening untuk dikreditkan ke satu rekening, virtual account, dan liquidity management.

Terdapat pula fungsi regional capability untuk mengakses M2E dalam satu platform yang terkoneksi secara regional sehingga hanya membutuhkan satu identitas pengguna untuk mengakses lintas regional.

Dengan berbagai manfaat dan fungsi yang ada, terdapat segudang keuntungan menggunakan M2E, seperti transaksi dapat dilakukan kapan saja tanpa harus ke cabang bank, dapat menjalankan transaksi saat itu juga, hingga merekam jejak aktivitas semua pengguna.

Keuntungan lainnya yaitu memiliki fitur yang lengkap dalam mengelola arus kas dengan autentikasi berganda, memiliki workflow dan akses pengguna dapat diatur sesuai kebutuhan, serta memiliki fungsi pengguna yang terdiri dari maker, verifier, authorizer, dan releaser.

Pada tahun 2022, transaksi M2E meningkat 24,4 persen (yoy) menjadi lebih dari 4,3 juta transaksi dari 3,4 juta. Nilai transaksi M2E juga melonjak 22,2 persen (yoy) mencapai Rp711,81 dari Rp582,7 triliun.

Tingginya transaksi M2E tak terlepas dari total pengguna aktif platform tersebut yang meningkat signifikan sebesar 7,3 persen menjadi 3.084 pengguna dari 2.874 pada 2021. Hal ini menyebabkan pendanaan korporasi tumbuh 26,8 persen (yoy) menjadi Rp28,76 triliun dari Rp22,67 triliun.


Jaminan keamanan

Merespons peningkatan transaksi digital, Spesialis Senior Identitas Digital Bank Dunia Jonathan Marskell menekankan pentingnya menjaga identitas digital untuk keamanan pengguna, sehingga keamanan data pribadi menjadi penting.

“Pascapandemi COVID-19, implementasi identitas digital berjalan semakin cepat. Momentum ini baik untuk membangun inklusi teknologi di Indonesia, terutama dalam data pribadi melalui sistem administrasi kependudukan yang baik di Indonesia lewat kerja sama antar pemangku kepentingan,” kata Jonathan.

Untuk mendukung penerapan transaksi daring yang aman, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengembangkan regulasi terkait identitas digital. Pemerintah akan menyusun kerangka regulasi identitas digital, menyiapkan sumber daya manusia digital, hingga membangun ekosistem digital.

“Identitas digital yang aman adalah suatu keharusan yang baru saat ini. Kemenkominfo mempersiapkan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSE) untuk memfasilitasi identitas digital, sekarang perlu ada kolaborasi antar sektor untuk penggunaannya,” ungkap Koordinator Tata Kelola Sertifikasi Elektronik Direktorat Jenderal Aplikasi Informatik Kemenkominfo, Martha Simbolon.

Melihat kekhawatiran ini, Maybank Indonesia memanfaatkan teknologi terkini dan mumpuni untuk mendukung modernisasi platform, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi SD-WAN (Software-Defined Wide Area Network).

Head Technology Production Maybank Indonesia Tony Muis mengatakan Maybank Indonesia termasuk bank pertama di Indonesia yang menerapkan SD-WAN untuk semua kantor cabang di seluruh Indonesia.

Penerapan tersebut telah mampu menekan biaya operasional, terutama untuk proses transaksi perbankan di kantor cabang yang menjadi kian teratur, efektif, dan efisien. Proses transformasi digital di seluruh kantor cabang pun bisa berjalan sesuai ekspektasi.

"Lalu lintas transaksi perbankan menjadi lebih aman, meningkatkan kinerja perusahaan, dan lebih fleksibel dalam pengontrolan karena adanya skalabilitas untuk jumlah traffic yang meningkat, serta yang terpenting efisiensi biaya. Hal ini juga sejalan dengan rencana strategis Maybank Indonesia menuju open banking,” tutur Tony.

Dengan penerapan SD-WAN, nasabah individu maupun korporasi tak perlu khawatir karena teknologi tersebut mewujudkan sistem keamanan yang lebih baik dalam melakukan managed network transparency encrypted dan melakukan segmentasi untuk improvement security pada data transaksional perbankan.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023