Kupang (ANTARA News) - Ketua Majelis Sinode Gereja Masehi Injili Timor Pdt Robert Litelnoni, mengatakan, Natal harus juga dimaknai sebagai salah satu momentum untuk terus memperbaharui semangat kerukunan antarumat beragama.

"Karena hidup bersama yang rukun merupakan cita-cita bersama seluruh umat manusia di muka bumi ini," kata Pdt Robert St. Litelnoni, di Kupang, Senin.

Ia mengatakan tidak ada satu pun agama di dunia ini yang mengajarkan umatnya hidup dalam permusuhan dengan sesamanya. Namun dalam kehidupan bersama sering terjadi gesekan-gesekan yang menimbulkan disharmonisasi di antara berbagai umat yang berbeda keyakinan.

Karena itu memelihara dan mewujudkan suatu kehidupan yang rukun mengharum di antaraumat beragama merupakan tanggung jawab bersama seluruh komponen agama yang ada di wilayah ini," katanya.

Kini, katanya di NTT, khususnya kota Kupang, masyarakatnya hidup berdampingan secara damai.

Rumah-rumah komunitas Muslim asal Sulawesi Selatan di bilangan Oesapa yang pernah dibakar saat kerusuhan, kini sudah dibangun kembali dengan lebih permanen. Jumlahnya pun semakin banyak disbanding sebelum kerusuhan 1998.

Demikian pula masjid-masjid yang pernah dirusak oleh kaum Salibis terlihat telah dibangun kembali, bahkan beberapa diantaranya lebih luas dan lebih kokoh.

Selain itu, kerukunan yang perlu dipertahankan adalah partisipasi pumuda dari agama lain pada saat perayaan hari-hari besar agama di NTT.

Sedikitnya 100 orang dari Gerakan Pemuda Anshor siap berpartisipasi dalam pengamanan malam Natal tanggal 24 Desember dan puncak perayaan Natal tanggal 25 Desember 2012 di 19 titik gereja dalam Kota Kupang Nusa Tenggara Timur.

"Keterlibatan 100 personil GP Ansor NTT itu sifatnya hanya pelengkap dari apa yang tengah dilakukan TNI/Polri sebagai aparat negara dan pelayan masyarakat dari aspek ketertiban dan keamanan," kata Ketua GP Ansor NTT, Abdul Muis.

Situasi keamanan dan ketertiban di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjelang hari raya Natal 25 Desember 2012 dan Tahun Baru 2013 relatif aman dan kondusif.

Semua ini, kata Pdt Litelnoni terjadi karena memang Allah sesungguhnya mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain, sebagaimana matahari diciptakan Allah untuk menyinari muka bumi ini tanpa pandang orang atau asal-usul.
(ANT)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2012