Denpasar (ANTARA) - Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Yayasan Bali Wastu Lestari menggerakkan 100 sekolah sasaran dan meningkatkan kapasitas 1.900 guru di Kota Denpasar, Bali, untuk mengelola sampah.

"Tidak hanya itu, 100 sekolah sasaran telah bergotong royong menjadikan total 96,6 ton sampah non-organik menjadi bahan baku industri daur ulang," kata Ketua Yayasan Bali Wastu Lestari Ni Wayan Riawati di Denpasar, Senin.

Riawati menyampaikan hal tersebut dalam acara Apresiasi POP Kemendikbudristek 2021-2023 yang sekaligus untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup 2023 di Riverside Convention Center, Padangsambian Kaja, Kota Denpasar.

Apresiasi POP Kemendikbudristek itu dihadiri kepala sekolah, guru, dan perwakilan siswa dari 100 sekolah sasaran POP di Kota Denpasar.

Riawati menyebutkan sebanyak 96,6 ton sampah non-organik telah diubah menjadi bahan baku industri daur ulang. Sebesar 40 persen merupakan bahan baku industri plastik dan 30 persen menjadi bahan baku industri kertas.

Selain itu, sebesar 15 persen menjadi material industri botol kaca, 1,2 persen menjadi bahan baku industri kaleng, dan 3 persen lainnya berupa minyak goreng bekas yang menjadi bahan baku bio diesel.

Baca juga: Peserta POP Kemendikbud nyatakan siap jalankan praktik baik pendidikan

Riawati menjelaskan, BWL bekerja sama dengan Disdikpora Kota Denpasar telah melaksanakan pendidikan, pelatihan, pendampingan, monitoring, dan mengawal aksi nyata yang berfokus pada pengembangan numerasi, literasi, dan karakter terhadap Pendidikan Lingkungan Hidup Berlandaskan Tri Hita Karana.

"Melalui Kebijakan Merdeka Belajar POP yang berjalan sejak 2021, BWL berkomitmen bersama Kemendikbudristek bergotong royong membangun perubahan perilaku yang berperan penting terhadap mitigasi perubahan iklim yang kini sudah menjadi ancaman global krisis iklim yang berdampak pada bencana," katanya.

Dia menegaskan, pendidikan berperan vital dalam mempengaruhi perilaku konsumsi.

"Untuk itulah dilaksanakan peningkatan kapasitas tenaga kependidikan agar mampu melahirkan insan-insan yang memiliki wawasan, menumbuhkan kesadaran, dan tergerak melaksanakan aksi nyata kebiasaan 3R, memilah sampah, mengolah dan bersama-sama mendorong ekonomi sirkuler untuk keberlanjutan," ujarnya.

Riawati mengatakan 100 sekolah telah berjuang mewujudkan metode pendidikan yang kreatif, terintegrasi, holistik, menyenangkan bagi anak, dan sesuai dengan konteks lokal.

Metode edukasi tersebut sangat strategis untuk mengintegrasikan topik "bijak berkonsumsi dan mengelola sampah" yang menjadi fokus utama pendidikan lingkungan, utamanya pengelolaan sampah berbasis sekolah menjadi bagian penting yang terintegrasi dalam pembelajaran.

Dia juga menyampaikan bahwa Bank Sampah Induk Bali Wastu Lestari, BSI Bali Bersih, dan Bank Sampah Sektor Saranagathi yang dengan sabar dan dedikasi tinggi menjadi penjamin pasar, sehingga 96,6 ton sampah non-organik tersebut mendorong terwujudnya ekonomi sirkuler dengan nilai Rp468 juta.

Baca juga: Yayasan peduli sampah di Bali dapat pendanaan edukasi sampah

Kegiatan tersebut juga melibatkan partisipasi lebih dari 11.200 warga sekolah yang sudah memilah sampah dan menyetornya ke bank sampah sekolah.

"Hasil pengelolaan sampah organik pun cukup membanggakan. Ratusan liter eco enzyme telah dihasilkan secara berkala, lubang resapan biopori telah menjadi komporter alami yang mengolah ratusan kilogram dedaunan dan sisa canang, serta tong komposter telah mengolah ribuan kilogram sampah organik dan menghasilkan ribuan liter pupuk organik cair," ujar Riawati.

Ni Ketut Irma Parwati selaku Pengawas Pendamping Lapangan POP Kemendikbudristek dalam kesempatan ini mengatakan POP merupakan Program Merdeka Belajar episode keempat.

"POP bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan melibatkan peran serta organisasi kemasyarakatan (ormas), salah satunya Yayasan Bali Wastu Lestari," katanya.

Menurut dia, tahun ini merupakan tahun ketiga implementasi POP oleh Yayasan BWL di Kota Denpasar.

"Mudah-mudahan dapat terimplementasikan dan berdampak pada anak-anak kita yang difokuskan pada tiga intervensi, yaitu literasi, numerasi, dan karakter. Semoga bermanfaat bagi seluruh masyarakat dan mendapat dukungan masyarakat Denpasar maupun Bali secara umum," ucap Irma Parwati.

Sementara itu, Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kabid Pembinaan Ketenagaan Disdikpora Denpasar Ayu Agustini menyampaikan apresiasi kepada sekolah-sekolah sasaran yang telah melakukan praktik baik dan mendorong aksi nyata terhadap pendidikan lingkungan hidup.

Wali Kota menegaskan tanggung jawab menjaga bumi harus ditanamkan sejak dini kepada siswa dengan memasukkan literasi dan numerasi tentang lingkungan hidup.

Baca juga: Bali libatkan masyarakat desa, sekolah hingga pengusaha atasi sampah

Mengingat pentingnya program ini, ia mengharapkan agar sekolah yang menjadi sasaran tetap melanjutkan implementasi dari POP atau yang diintervensi Organisasi Penggerak sesuai harapan Mendikbudristek.

Selain itu, juga dapat menjadi contoh dan dapat mengimbaskan pengalaman dan pengetahuannya ke sekolah yang belum menjadi sasaran atau intervensi dari Program Organisasi Penggerak.

Dalam acara apresiasi itu juga diumumkan pemenang lomba video kampanye, lomba desain infografis, dan lomba artikel ilmiah populer. Dimeriahkan pula dengan pertunjukan dari beberapa sekolah serta pameran karya daur ulang.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023