sampai saat ini masih terkendali dan belum ditemukan adanya suspek kasus antraks di Kota Surabaya
Surabaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Surabaya menerapkan sejumlah upaya guna mengantisipasi muncul kasus antraks di wilayah setempat, pascatemuan enam warga di Pacitan, Jawa Timur yang mengalami gejala mirip penyakit serupa.

"Melakukan diseminasi informasi pada fasilitas kesehatan mengenai penyakit antraks melalui media KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi)," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Nanik Sukristina di Surabaya, Jumat.

Nanik juga menyebut pihaknya rutin menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian setempat perihal mekanisme pelaporan dan penemuan kasus hewan terjangkit antraks.

Kemudian langkah selanjutnya dengan melaksanakan pengawasan dan evaluasi intensif yang dilakukan setiap minggunya pada Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) di tingkat Puskesmas dan rumah sakit.

Nanik menyatakan, hingga saat ini pihaknya masih belum mendapati ada laporan adanya warga mengalami gejala antraks.

"Kami informasikan sampai saat ini masih terkendali dan belum ditemukan adanya suspek kasus antraks di Kota Surabaya," ujarnya.

Baca juga: Enam warga Pacitan Jatim diduga terpapar penyakit antraks
Baca juga: Dinkes Gunungkidul ambil sampel darah warga yang luka seperti antraks


Lebih lanjut, dia mengimbau masyarakat tetap memperhatikan kualitas dan kebersihan konsumsi produk olahan dari hewan ternak, seperti sapi dan kambing.

"Mengkonsumsi produk hewan yang sehat dan dimasak dengan sempurna serta direkomendasikan produk hewan tersebut disembelih di Rumah Potong Hewan (RPH) resmi," ucap dia.

Selain itu, dia juga mendorong masyarakat rutin menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terlebih setelah menjalin kontak dengan hewan ternak yang terpapar penyakit maupun mati dengan gejala antraks.

"Mencuci tangan menggunakan sabun setelah kontak atau bersinggungan dengan hewan yang mati atau sakit dengan gejala antraks," kata dia.

Baca juga: Warga Yogyakarta diimbau tak gunakan lahan terpapar antraks
Baca juga: Mentan: Pemkab Gunung Kidul tak perlu tetapkan KLB antraks
​​​​​​

Sementara, Kepala Bidang Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, drh Sunarno Aristono mengatakan hewan terjangkit antraks menunjukkan beberapa gejala klinis, diantaranya kesulitan bernapas, demam tinggi, dan susah berjalan.

"Biasanya kematian sapi mendadak diikuti keluarnya darah dari lubang lubang alami seperti keluar darah dari mulut," ucapnya.

Meski belum ada temuan kasus, namun Aris menyatakan saat ini instansinya tengah menyusun surat edaran (SE) terkait langkah teknis antisipasi kasus tersebut.

Selain antraks, surat edaran itu juga akan mencantumkan antisipasi penyakit rabies.

"Kami sedang buat SE Wali Kota tentang kewaspadaan dini penyakit antraks dan rabies. Pinnya sama dengan surat edaran dari Pemprov Jatim, tetapi kami sesuaikan untuk Kota Surabaya," ujar dia.

Baca juga: DPKH Gunungkidul melakukan vaksinasi massal hewan ternak di Candirejo
Baca juga: Pemkab Gunungkidul perketat lalu lintas ternak cegah sebaran antraks
Baca juga: DIY bakal terima 10 ribu lebih dosis vaksin antraks dari Kementan

Pewarta: Abdul Hakim/Ananto Pradana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023