Sustainability program ini pula yang akan selalu diterapkan dalam penyelenggaraan Piala Dunia Bola Basket ...
Jakarta (ANTARA) - Piala Dunia Bola Basket atau Piala Dunia FIBA 2023 digelar di Indonesia kurang dari 30 hari lagi. Arena olahraga baru yang dibangun oleh Pemerintah Indonesia, Indoor Multifunction Stadium (IMS) atau Indonesia Arena, bakal menjadi saksi sejarah diadakannya ajang kompetisi basket tingkat dunia di Tanah Air.

Indonesia menjadi salah satu negara penyelenggara Piala Dunia FIBA 2023 bersama Filipina dan Jepang, yang kompetisinya  dimulai pada 25 Agustus mendatang.

Panitia Pelaksana Lokal (LOC) Piala Dunia FIBA 2023 Indonesia mengadakan beberapa kegiatan untuk mempromosikan kompetisi basket level global tersebut. Setelah beberapa waktu lalu sukses dengan Basketball Meet Up, kali ini Piala Dunia FIBA 2023 diperkenalkan lewat kegiatan bernama Youth Leader Program.

Kegiatan Youth Leader Program ini merupakan bagian dari Gerakan Basket Untuk Kebaikan (Basketball for Good), untuk menyemarakkan 30 hari hitung mundur jelang FIBA World Cup 2023. Di Indonesia program ini bakal digelar di beberapa sekolah di Jakarta pada 26 Juli sampai 2 Agustus 2023.

Pada edisi perdana, program ini mengambil tema daur ulang atau recycle. Tema daur ulang ini sejalan dengan tema yang juga digembar-gemborkan oleh FIBA dalam menyelenggarakan Piala Dunia, yaitu program keberlanjutan untuk menjaga Bumi tetap hijau. Sustainability program ini pula yang nantinya akan selalu diterapkan dalam penyelenggaraan Piala Dunia Bola Basket pada 25 Agustus hingga 3 September di Indonesia Arena Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.

SD Negeri 1 Menteng Jakarta menjadi sekolah pertama yang dikunjungi oleh youth leaders serta JIP, maskot FIBA World Cup 2023. JIP adalah singkatan dari Japan, Indonesia, Philipines, maskot robot futuristik yang memiliki keranjang bola basket di belakang punggungnya. Keranjang itu harus dimasukkan oleh benda-benda yang bisa didaur ulang untuk mengisi energi JIP.

Youth Leader Program di SD Negeri 1 Menteng itu diikuti oleh 25 siswa dari kelas 4 hingga kelas 6. Kegiatannya antara lain coaching clinic atau pelatihan singkat yang mengajarkan dasar-dasar olahraga bola basket, sambal juga mensosialisasikan event FIBA World Cup 2023.

Claudia Natasha, salah seorang youth leaders yang hadir menerangkan bahwa kegiatan ini merupakan program global dari FIBA Foundation. Tema recycle atau daur ulang dipilih untuk mengingatkan para anak-anak muda Indonesia tetap menjaga lingkungannya meskipun bermain basket. Berangkat dari situ, acara tersebut mengadakan gim yang dimainkan dengan nama Recycle Race.

Gim itu membagi para siswa menjadi empat tim. Mereka lalu mengambil bola yang diletakkan di tengah-tengah lapangan, untuk kemudian dioper kepada teman-temannya yang berada di dalam barisan. Ketika bola di tengah habis, maka para peserta bisa mengambil bola dari tim lainnya dengan hadangan pemain tim lain dan mencurinya.

"Selain mengajarkan basic skill basket, seperti shooting, passing, dan blocking, juga mengajarkan kepada para peserta untuk membuang sampah pada tempatnya. Di mana pun tempatnya, tetap sadar jika kita harus menjaga kebersihan," kata Claudia.

Lalu gim kedua yang dimainkan adalah "Shooting Around the World". Para peserta yang terbagi dalam empat tim diminta untuk memilih nama negara yang ingin dilihat pada perhelatan Piala Dunia nanti. Terpilihlah Brasil, Prancis, Spanyol, dan Kanada.

Brasil berhadapan dengan Prancis, sementara tim Spanyol menghadapi Kanada. Mereka diminta untuk melakukan shooting dari area free throw. Bagi siapa yang bisa mencetak lima poin terlebih dahulu maka tim tersebut keluar sebagai pemenang.

Jadi keempat tim ini diadu dalam dua putaran. Pemenang pada putaran pertama kemudian diadu kembali di putaran final. Pemenang gim ini adalah tim Spanyol. Gim terakhir adalah Piala Dunia 5x5. Dari tim tiap-tiap negara tersebut, dipilih starting five yang kemudian akan dirotasi seiring jalannya permainan.

Brasil melawan Prancis kembali dan Kanada versus Spanyol. Mereka bermain selama 10 menit setengah lapangan. Dari gim ini tim Prancis yang menang.

Antusiasme peserta terlihat dari bagaimana usaha para siswa dalam melakukan dribbling dan shooting untuk menghasilkan poin terbanyak di tiap gimnya. Keceriaan pun terlihat ketika ada yang berhasil memasukkan bola, semua peserta berteriak memberikan semangat dengan bertepuk tangan riuh.

Bukan hanya para peserta, para orang tua yang menunggu di pinggir lapangan pun berteriak-teriak turut memberikan semangat kepada anaknya. Ada yang bertindak layaknya pelatih dengan memberikan instruksi, tetapi ada juga yang hanya mengambil foto dan video anaknya yang sedang bermain.

Para Youth Leaders yang terdiri atas empat orang serta JIP pun tidak terlepas dari ajakan berfoto para peserta serta orang tuanya. Tim pemenang di setiap gim mendapatkan suvenir resmi dari FIBA World Cup 2023.

Salah seorang tua murid, Rina Kiwi, mengaku senang ada kegiatan bola basket seperti ini. Karena kedua anaknya yaitu Almira (9) dan Fira (11) memang sangat "gila basket" sejak kecil. Menurun dari sang ayah yang disebutnya sebagai mantan pemain basket.

"Senang acara seperti ini di sekolah. Suka games-games-nya, anak saya senang banget. Karena dua-duanya ini kompetitif anaknya, suka ikut kejuaraan,” katanya.

Rina menyebut dia dan keluarganya antusias menyambut Piala Dunia FIBA 2023, namun hingga saat ini belum mendapatkan tiket menonton pertandingan di Indonesia Arena.

“Anak-anak dan bapaknya ingin banget lihat Piala Dunia karena ini kesempatan sekali seumur hidup. Ada experience buat anak-anak lihat pemain dunia. Akan tetapi sampai sekarang belum dapat tiket," katanya.

Dengan adanya kegiatan Youth Leader Program ini, Rina berharap FIBA dan federasi bola basket nasional bisa mencari pemain berbakat serta potensi-potensi pemain usia muda di Indonesia.









 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023