Masyarakat mulai harus menghemat air. Kalau dulu bisa untuk nyiram tanaman, tapi (kini) beberapa tempat air hanya untuk minum
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau warga untuk bijak menggunakan air bersih mengingat sejumlah wilayah tengah dilanda kekeringan akibat fenomena El Nino.

"Masyarakat mulai harus menghemat air. Kalau dulu bisa untuk nyiram tanaman, tapi (kini) beberapa tempat air hanya untuk minum," ujar Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto di Jakarta, Rabu.

Saat ini, lanjutnya, sejumlah wilayah mulai mengalami kekeringan seperti di Kabupaten Bekasi, Bogor, Banten, Temanggung, Gunungkidul, Sukoharjo, hingga Tapanuli Selatan.

Untuk mengatasi hal tersebut, kata dia, BNPB melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengoperasionalkan mobil tanki air bersih ke sejumlah titik.

Baca juga: BNPB imbau pemda pastikan ketersediaan air hadapi kekeringan

Selain itu BNPB juga akan menggunakan teknologi modifikasi cuaca dalam mengatasi kondisi tersebut. Di satu sisi, Suharyanto mengajak pejabat tingkat kecamatan maupun desa untuk mulai mengamankan sumber air di masing-masing wilayah.

"Tiga tahun terakhir mungkin tidak terpikirkan tempat-tempat penampungan, tapi sekarang harus kembali dijaga. Bupati juga kami imbau untuk menyediakan mobil tanki," katanya.

Disinggung perihal dana kebencanaan, Suharyanto menjamin bahwa mereka memiliki anggaran siap pakai. Anggaran tersebut tidak diberi batasan oleh Kementerian Keuangan.

"Begitu tipis, kita minta Kemenkeu, pasti dapat. Jadi jangan khawatir. Apalagi 2022-2023 Alhamdulillah dibanding tahun sebelumnya ada gempa Palu dan NTB (keluar) puluhan triliun, sekarang kecil," katanya.

Baca juga: BMKG: Hujan diprediksi November, usai kemarau kering berkurang

Sementara itu Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut musim kemarau dan kekeringan di Indonesia tidak akan separah kondisi di Korea Selatan.

BMKG memprediksi puncak musim kemarau di Indonesia akan terjadi pada minggu terakhir Agustus 2023 yang dipicu fenomena El Nino.

"Dasarnya kan dari penghitungan suhu muka air laut lalu dihitung dalam indeks atau anomali. Di Indonesia ini relatif paling lemah, kalau di negara lain levelnya bisa lebih tinggi," kata Dwikorita.

Baca juga: Kepala BMKG: Kemarau di Indonesia tidak akan separah Korea Selatan
Baca juga: Indonesia bidik jadi pusat dunia soal air dan kebencanaan di WWF 2024

 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023