Bangkok (ANTARA) - Setelah dunia politik Thailand diselimuti ketidakpastian selama hampir 100 hari sejak pertengahan Mei lalu, Thailand akhirnya memiliki perdana menteri baru setelah maestro real estat Srettha Thavisin mendapatkan dukungan suara mayoritas di parlemen Thailand pada Selasa.

Kemenangan ini membuka jalan untuk terbentuknya pemerintahan koalisi baru di Thailand.

Srettha, yang beberapa bulan diajukan oleh partai populis Pheu Thai, mendapatkan dukungan lebih dari separuh jumlah anggota parlemen, dalam pemungutan suara Selasa ini.

Pada hari yang sama, pentolan partai itu yang juga miliarder dan mantan perdana menteri, Thaksin Shinawatra, kembali ke negerinya setelah bertahun-tahun menjadi buronan negara dan mengasingkan diri di luar negeri.

Srettha yang pendatang baru dalam dunia politik Thailand dan mantan bos perusahaan properti Sansiri, akan ditugaskan membentuk dan menyatukan koalisi yang berpotensi rapuh yang melibatkan partai-partai yang didukung militer royalis, yang menggulingkan pemerintahan Pheu Thai dalam kudeta 2006 dan 2014.
Baca juga: Upaya Pheu Thai bentuk pemerintahan baru kini didukung 14 partai

Di antara yang digulingkan militer adalah Thaksin yang juga mantan taipan telekomunikasi dan pemilik sebuah klub sepak bola Liga Premier Inggirs.

Thaksin melarikan diri ke luar negeri dan kemudian divonis penjara secara in absentia pada 2008 atas dakwaan melakukan penyalahgunaan kekuasaan dan konflik kepentingan.

Pemerintahan berikutnya yang dipimpin oleh adik perempuannya, Yingluck Shinawatra, digulingkan oleh kudeta 2014.

Thaksin (74) mendapatkan sambutan meriah dari para pendukungnya di bandara Bangkok, sebelum dikawal oleh polisi menuju Mahkamah Agung untuk kemudian dijebloskan ke dalam bui untuk menjalani hukuman penjara delapan tahun.
Baca juga: Politisi senior partai lawan siap dukung Pheu Thai bentuk pemerintahan

Kembalinya politisi Thailand paling terkenal dan naik mulusnya Srettha ke puncak kekuasaan politik di Thailand, menguatkan spekulasi bahwa Thaksin mungkin telah membuat kesepakatan dengan musuh-musuhnya dalam kubu militer dan kelompok kemapanan, yang membuatnya bisa selamat kembali ke negerinya, dan mungkin lebih awal dibebaskan dari penjara.

Thaksin dan Pheu Thai membantah spekulasi ini.

Peristiwa yang terjadi Selasa itu tersebut menjadi rangkaian terbaru dalam pertarungan kekuasaan yang berlangsung hampir dua dasawarsa antara Partai Pheu Thai yang sudah lima kali memenangkan pemilu, dan jaringan kubu konservatif, para jenderal dan keluarga-keluarga kaya mapan yang sejak lama mempengaruhi politik dan ekonomi Thailand.

Srettha diumumkan oleh Pheu Thai sebagai calon perdana menteri, bersama Paetongtarn Shinawatra, putri bungsu Thaksin, menjelang pemilu 14 Mei di mana partai tersebut menempati posisi kedua.

Upaya membentuk koalisi dengan pemenang pemilu, yakni partai progresif Move Forward, gagal setelah ditentang habis-habisan oleh kubu konservatif dalam majelis rendah parlemen Thailand dan para senator yang dikendalikan militer di majelis tinggi.

Baca juga: Kejaksaan bantu bebaskan enam WNI korban TPPO di Bangkok

Sumber: Reuters

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023