London (ANTARA) - Dugaan kematian pemimpin tentara bayaran Yevgeny Prigozhin dalam sebuah kecelakaan pesawat membuat Presiden Rusia Vladimir Putin lebih kuat dalam jangka pendek.

Kejadian itu sekaligus menyingkirkan tokoh kuat yang menentang otoritas Putin dan membuatnya terlihat lemah. 

Namun, insiden itu juga membuat Putin kehilangan pemain kuat nan cerdik. 

Sang pemain sudah membuktikan kegunaannya bagi Kremlin dengan mengirimkan para personelnya ke berbagai medan tempur paling berdarah dalam perang Ukraina dan memajukan kepentingan Rusia di seantero Afrika.

Setelah bungkam selama 24 jam, Putin akhirnya menyampaikan "belasungkawa mendalam" kepada keluarga 10 orang di dalam pesawat yang jatuh di utara Moskow itu. Dia menyanjung Prigozhin sebagai "pengusaha berbakat".

Belum diketahui pasti apa yang membuat pesawat tersebut jatuh dari langit.

Putin sudah menjanjikan penyelidikan penuh, namun hasil penyelidikan itu sepertinya tak akan menggoyahkan keyakinan bahwa Prigozhin dibunuh sebagai aksi balas dendam akibat melancarkan pemberontakan akhir Juni tahun ini.

Amerika Serikat tengah mengkaji sejumlah teori mengenai penyebab pesawat tersebut jatuh, termasuk kemungkinan sebuah rudal darat-ke-udara yang menghantamnya, kata sejumlah pejabat AS kepada Reuters.

Para analis mengungkapkan asumsi keterlibatan Kremlin --kantor pemerintah Rusia-- sebenarnya sesuai dengan tujuan Putin.

“Apa pun alasan kecelakaan pesawat itu, semua orang akan menganggapnya sebagai aksi hukuman dan pembalasan, dan Kremlin tidak akan terlalu campur tangan dalam soal ini,” kata Tatiana Stanovaya, pendiri lembaga konsultansi R.Politik.

“Dari sudut pandang Putin, serta banyak pihak di kalangan pasukan keamanan dan militer, kematian Prigozhin mesti menjadi bahan pelajaran bagi calon-calon pengikutnya.”

Baca juga: Bos Wagner Yevgeny Prigozhin diyakini tewas dalam kecelakaan pesawat


Asumsi Salah

Kecelakaan itu terjadi dua bulan setelah Prigozhin dan kelompok tentara bayaran Wagner yang dipimpinnya melancarkan pemberontakan.

Mereka sempat menguasai sebuah kota di Rusia selatan dan merangsek menuju Moskow, menembak jatuh sejumlah pesawat angkatan udara Rusia dan membunuh pilot-pilotnya.

Putin, yang pernah mengungkapkan kebenciannya terhadap pengkhianat, melukiskan tindakan Prigozhin itu sebagai aksi "menikam dari belakang".

Sejak pemberontakan tersebut, Prigozhin menghentikan perseteruannya dengan lembaga pertahanan tetapi tetap melanjutkan operasinya.

Dia kemudian bebas keluar masuk Rusia meskipun ada kesepakatan dengan Kremlin bahwa dia seharusnya hengkang ke Belarus.

Abbas Gallyamov, mantan penulis pidato Kremlin yang kini dilabeli "agen asing" oleh Rusia, menilai Prigozhin salah menganggap dirinya amat diperlukan oleh Putin, mengingat skala dan pentingnya segala aktivitas dia.

Aktivitas itu termasuk operasi luas di Afrika, kawasan tempat Wagner melebarkan jasa tentara bayaran yang ditawarkannya ke negara-negara seperti Mali dan Republik Afrika Tengah dengan imbalan konsesi penambangan emas dan berlian. 

Meskipun memandang Wagner sebagai semata operasi komersial swasta, Kremlin memanfaatkan Wagner untuk memperluas pengaruh Rusia di benua itu, bersaing dengan negara-negara Barat seperti Prancis dan Amerika Serikat.

Prigozhin "beranggapan bahwa Putin tidak mau mempertaruhkan semua ini", kata Gallyamov. "(Dia) meremehkan bahwa betapa pentingnya bagi Putin mengirimkan sinyal kepada semua calon pengkhianat, bahwa 'kawan, jangan pikir kalian boleh melakukan semacam ini dan tetap hidup."

Baca juga: Daftar penumpang sepesawat dengan bos Wagner, Yevgeny Prigozhin

"Game of Thrones"

Kematian Prigozhin, jika itu benar, bukan berarti Putin bebas dari dampak buruk.

Para analis mengatakan kematian Prigozhin itu menyingkapkan kemungkinan adanya pergulatan besar dalam perlombaan untuk menguasai kerajaan bisnis besar --Wagner. 

Kematiannya juga akan menyingkapkan kemungkinan perpecahan antara kelompok pragmatis yang ingin berintegrasi dan kementerian pertahanan dan faksi ultranasionalis, yang merasa dirugikan serta sudah melampiaskan kemarahannya dalam kanal media sosial.

"Saya kira mungkin saja dalam banyak hal ini akan menjadi semacam lingkungan 'Game of Thrones' atau 'Sopranos' tanpa kepala di mana kita akan bersaing dengan faksi-faksi kecil dan sempalan-sempalan Wagner yang lebih kecil," kata Andrew Borene.

Borene adalah direktur eksekutif firma intelijen ancaman, Flashpoint, dan mantan perwira intelijen AS.

"Dalam jangka panjang, saya anggap ini kerugian strategis (bagi Rusia)," kata dia.

Samuel Ramani, analis pada lembaga kajian RUSI di London dan penulis buku "Russia in Africa" menyebut hilangnya jaringan luas Prigozhin bakal merugikan Putin.

"Dia kehilangan banyak kontak pribadi yang dibina oleh Prigozhin di benua itu, termasuk jenis kontak yang diperlukan untuk mengekspor emas dan berlian keluar dari negara-negara yang terkena sanksi, seperti Mali dan Republik Afrika Tengah," kata Ramani dalam wawancara telepon.

Kecelakaan pesawat itu terjadi pada hari yang sama ketika media pemerintah Rusia melaporkan pencopotan Sergei Surovikin, mantan panglima operasi militer Rusia di Ukraina, dari jabatan panglima angkatan udara Rusia.

Laporan yang sudah tersebar luas namun belum terkonfirmasi menyebutkan bahwa Surovikin telah diselidiki atas kemungkinan keterlibatan dalam pemberontakan Prigozhin.

Jatuhnya kedua tokoh yang luas dipandang sebagai operator Rusia paling efektif dalam perang Ukraina yang mengalami banyak kegagalan memalukan itu, bisa menghambat kemampuan Moskow dalam melancarkan operasi ofensif berkelanjutan pada tahun mendatang, kata Ramani.

Menurut Ramani, jika Putin bertanggung jawab atas kematian Prigozhin, itu menunjukkan bahwa Putin tak segan mengambil tindakan brutal terhadap siapa pun yang berbeda pendapat dengan dia.

"Tetapi hal ini juga menguakkan kerentanan karena kini dia harus menggunakan kekuatan untuk menindas kaum ultranasionalis yang sebelumnya bisa dia kooptasi dan dijinakkan dengan memasukkan mereka ke dalam koalisinya," ujar Ramani.

"Dan ini tidak bagus untuk keberlanjutan Putin setelah 2024," katanya, menambahkan. 

Robert Horvath, pakar Rusia pada Universitas La Trobe di Melbourne, Australia, menyebut posisi Putin tetap rapuh.

"Persoalan dalam pembunuhan Prigozhin adalah bahwa itu berisiko memicu tindakan balas dendam dari puluhan ribu tentara bayaran Wagner, yang telah berperang di bawah bendera Wagner," kata Horvath.

Horvath mengingatkan bahwa beberapa di antara para tentara bayaran itu merupakan veteran-veteran perang kawakan dan beberapa lainnya narapidana kambuhan.

"Hal ini juga berisiko menarik perhatian terhadap kampanye populis Prigozhin, kecamannya terhadap justifikasi rezim untuk perang Ukraina, dan jurang pemisah yang dalam," katanya. 

Jurang tersebut, ujarnya, memisahkan anak-anak elite penguasa nan sembrono dengan anak-anak rakyat biasa yang kembali ke tanah air dari Ukraina sudah dalam peti mati."

Baca juga: Kisah Yevgeny Prigozhin yang lewati garis merah Putin
 

Sumber: Reuters 

Pakar militer AS: Pemberontakan Wagner menunjukkan kerapuhan Putin

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023