Ini sudah tiga bulan berjalan dan baru di-launching (resmikan, red.) hari ini
Jakarta (ANTARA) - TNI Angkatan Darat membantu program pemerintah mencegah stunting melalui pemantauan sejak dini kesehatan ibu hamil dan anak-anak berusia di bawah 5 tahun (balita) melalui aplikasi e-Stuntad dan e-Posyandu.

Dua aplikasi itu, yang diresmikan oleh Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Dudung Abdurachman di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Selasa, telah menjangkau lebih dari 600 pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu) binaan Persatuan Istri Tentara (Persit) dan lebih dari 5.000 posyandu di sekitarnya.

“Ini sudah tiga bulan berjalan dan baru di-launching (resmikan, red.) hari ini,” kata Jenderal Dudung selepas acara peresmian.

Dia menjelaskan e-Stuntad menghimpun data yang diperoleh dari hasil pemantauan para babinsa di posyandu-posyandu, sementara e-Posyandu mengumpulkan data kesehatan ibu hamil dan balita langsung dari tenaga kesehatan di posyandu.

Dari pemantauan itu, tenaga kesehatan di posyandu, dan lembaga yang terlibat dalam penanganan stunting dapat langsung memberi bantuan kesehatan/mengintervensi mereka yang diyakini berpotensi kena stunting.

“Babinsa itu bekerja sama untuk mendeteksi, setelah deteksi ada intervensi oleh tenaga medis di posyandu. Tenaga medis di posyandu (binaan) militer ini dapat bekerja sama dengan posyandu (yang bernaung di bawah) puskesmas,” kata Kepala Staf TNI AD menjawab pertanyaan ANTARA.

Dari dua aplikasi itu, Dudung meyakini data daerah-daerah yang rawan stunting atau memiliki kasus stunting dapat cepat terdeteksi. Pasalnya, aplikasi dapat menunjukkan data yang masuk secara langsung (real time) berikut lokasi-lokasi posyandunya.

Baca juga: BKKBN-TNI AD latih Babinsa entaskan stunting lewat intervensi sensitif

Baca juga: TNI AD kerahkan Babinsa untuk turunkan angka stunting


“Lewat aplikasi e-Stuntad ini kita jadi mudah mengetahui sebaran wilayah stunting. Kita jadi bisa mendeteksi, mengintervensi, dan memantau anak stunting. Jadi, ini sangat bermanfaat,” kata Dudung.

Dia mengatakan jajaran pimpinan di TNI AD, mulai dari dirinya sebagai Kepala Staf TNI AD sampai tingkat Danramil mengemban tugas sebagai Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) sehingga upaya-upaya pencegahan stunting menjadi salah satu prioritas kerja mereka.

Stunting merupakan kondisi pertumbuhan yang melambat karena kekurangan gizi kronis, yang ditandai salah satunya dari tinggi badan yang tidak memadai (kerdil).

“Sekarang kita libatkan ibu-ibu Persit di posyandu yang ada di lingkungan militer untuk membantu BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) mengatasi stunting,” kata Kepala Staf TNI AD.

Di lokasi peresmian, Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo memuji inisiatif TNI AD itu. Dia mengatakan langkah tersebut patut menjadi inspirasi.

“Aplikasi e-Stuntad di jajaran TNI AD ini sangat menginspirasi kita semua karena datanya real time. Begitu datanya dimasukkan dari posyandu Persit, datanya langsung terekam dengan baik di aplikasi ini. Menurut saya ini sangat luar biasa dan bermanfaat,” kata Hasto.

Inisiatif semacam itu, Hasto melanjutkan dapat membantu pemerintah menurunkan angka stunting yaitu dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 14 persen pada 2024.

Dia juga mengaku telah menyaksikan langsung cara kerja aplikasi tersebut saat berkunjung ke Miangas, pulau paling utara Indonesia yang merupakan salah satu daerah 3T.

“Di Miangas, ternyata bisa akses (aplikasi) ini. Saya juga terkejut karena di sana daerah yang berbatasan dengan Filipina. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih. Saya yakin ini jadi best practice untuk data dan pelayanan,” kata Kepala BKKBN.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023