Jakarta (ANTARA) -
Direktur Utama Rumah Sakit Mata Cicendo dr. Antonia Kartika Indriati mengajak masyarakat untuk meningkatkan kepedulian menjaga kesehatan mata terutama saat berada di tempat kerja.

"Love your eyes at work, tingkatkan kepedulian pentingnya menjaga kesehatan mata di tempat kerja," kata Antonia saat dihubungi dari Jakarta, Jumat.

Menurut Antonia aktivitasaktivitas berlebihan dalam penggunaan gawai, komputer, laptop, maupun tablet berlebihan di tempat kerja menjadi gangguan penglihatan yang paling sering diderita masyarakat belakangan, yang juga djkenal sebagai Computer Vision Syndrome.

Setelah penggunaan perangkat komputer lebih dari 3-4 jam berpotensi menimbulkan berbagai gangguan penglihatan seperti mata kering, mata iritasi, sakit kepala, dan penglihatan yang berbayang.

"Untuk itu penting menjaga kesehatan mata di tempat kerja, istirahatkan mata jika sudah terlalu lama di depan layar komputer," kata dia.


Baca juga: Kemenkes: Kesehatan mata berpengaruh terhadap produktivitas masyarakat

Internasional Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) mengungkapkan bahwa angka gangguan penglihatan akan meningkat pada tahun 2050 bila tidak ditangani dengan baik.

Dengan kondisi itu, tantangan baru disebutnya akan muncul yakni endemi myopia atau gangguan refraksi mata yang menyebabkan setengah dari jumlah penduduk dunia khususnya kelompok muda akan lebih banyak menggunakan kacamata pada 2050.

"Untuk itu mulai dari sekarang kita jaga kesehatan mata kita," ujarnya.


Kenali gejala Low Vision

Dalam kesempatan yang sama Antonia juga mengimbau masyarakat untuk mengenali tanda-tanda penurunan penglihatan atau Low Vision, yang saat ini diderita sekira 4,8 persen penduduk Indonesia, agar bisa lekas melakukan tindakan penanganan.

Antonia menjelaskan Low Vision adalah kondisi di mana Best Corrected Visual Acuity (BCVA) atau penglihatan terbaik yang dapat dicapai seseorang dengan lensa korektif kurang dari 6/18 atau bidang visualnya kurang dari 10 derajat. 

Kondisi itu menurutnya kerap ditandai dengan tajam penglihatan yang turun dan tidak dapat dikoreksi, serta gangguan lapang pandang yang mengakibatkan seseorang sering tersandung, menabrak, hingga mengalami kecelakaan.


Baca juga: Kemenkes harap masyarakat makin peduli dengan kesehatan mata

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2007, jumlah penderita Low Vision mencapai 4,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

"Jumlahnya dari Riskesdas 2007 itu 4,8 persen," kata dia. 

Ia mengatakan penanganan terhadap penderita Low Vision dilakukan berdasarkan penyebabnya, apakah karena penyakit progresif atau hal lain. 

Jika disebabkan oleh penyakit progresif maka dapat dilakukan dengan rehabilitasi sesuai dengan perjalanan penyakit.

Low Vison, lanjut dia, merupakan diagnosis yang diberikan ketika pasien sudah dilakukan tindakkan maksimal, sehingga tujuan tata laksana Low Vision bukan kesembuhan melainkan memaksimalkan penglihatan. 

"Jadi bukan kesembuhan, melainkan memaksimalkan penglihatan yang ada untuk melakukan pekerjaan sehari-hari dan menjaga QoL tetap baik," ujarnya.​​​​​​


Baca juga: Kemenkes minta perusahaan untuk perhatikan kesehatan mata para pekerja
Baca juga: Orang tua perlu mengenali kelainan pada mata anak sedini mungkin
​​​​

Pewarta: Moch Mardiansyah Al Afghani
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023