Talasemia disebabkan ketidakmampuan tubuh memproduksi hemoglobin yang menyebabkan kerusakan pada sel darah merah.
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis patologi klinik dari Kelompok Staf Medis Patologi Klinik Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dr. Reiva Wisdharilla Meidyandra, Sp.PK, mengatakan talasemia atau thalasemia dan anemia defisiensi besi berbeda dari segi penyebabnya dan kesembuhan.

Dalam sebuah webinar yang digelar RSCM, Jumat, Reiva menjelaskan talasemia disebabkan ketidakmampuan tubuh memproduksi hemoglobin yang menyebabkan kerusakan pada sel darah merah sehingga penderitanya mengalami anemia atau kurang darah.
 
"Darah merah yang dibuat sama tubuh itu mudah pecah, makanya anemia, darahnya kurang. Darah itu gunanya untuk mengantar oksigen ke seluruh badan. Jadi, seluruh badan kekurangan darah kalau terkena talasemia," Reiva menjelaskan.

Baca juga: Dokter sebut Indonesia miliki banyak penderita talasemia
 
Anemia menjadi alasan pasien talasemia biasanya memiliki wajah pucat, tubuh lemas, mudah sesak saat naik tangga, perut buncit terutama pada anak karena organnya membesar akibat eritrosit pecah di sana. Apabila sel darah merah orang dengan talasemia diperiksa di laboratorium, sambung Reiva, maka akan terlihat ukurannya kecil-kecil.
 
Reiva, lulusan patologi klinik Universitas Indonesia,  mengumpamakan ukuran sel darah merah pada orang sehat sebesar jeruk, sementara pada pasien talasemia bisa berbeda-beda, misalnya ada yang sebesar anggur, tidak bulat dan ada yang pecah-pecah.
 
Ukuran sel darah merah pada orang dengan anemia akibat defisiensi besi juga kecil seperti pasien talasemia. Hanya saja, penyebabnya bukan karena kelainan pada tubuh melainkan kekurangan bahan baku yakni zat besi.
 
Selain itu, apabila zat besi kemudian dipenuhi maka anemia bisa sembuh. Sementara talasemia sifatnya seumur hidup walaupun dilakukan transfusi terus menerus.
 
"Kalau zat besinya dipenuhi maka anemianya sembuh. Tapi, kalau thalsemia, walau tidak menular, dia penyakit bawaan. Jadi, sekalinya kena, seumur hidup. Karena seumur hidup, pengobatannya seumur hidup," tutur Reiva.

Baca juga: Talasemia dapat ditegakkan melalui analisis hemoglobin

Merujuk pada Kementerian Kesehatan, secara klinis ada tiga jenis talasemia, yakni talasemia mayor, talasemia intermedia, dan talasemia minor atau pembawa sifat. Pasien talasemia mayor memerlukan transfusi darah secara rutin seumur hidup (dua hingga empat minggu sekali). Pasien talasemia intermedia membutuhkan transfusi darah, tetapi tidak rutin.

Sementara pasien talasemia minor atau pembawa sifat secara klinis sehat, hidup seperti orang normal secara fisik dan mental, tidak bergejala dan tidak memerlukan transfusi darah.

Baca juga: Dokter anjurkan skrining talasemia jauh hari sebelum menikah

Baca juga: Anemia pada ibu hamil dapat pengaruhi kecerdasan anak yang dilahirkan

Baca juga: Kapan skrining deteksi anemia dapat dilakukan?


Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023