Jakarta (ANTARA) - “In-do-ne-sia!...Indonesia!...indonesia!... " sorak penonton beragam usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, bergaung di Lot 11 Gelora Bung Karno Senayan, tempat atlet panjat tebing Rahmad Adi Mulyono dan Kiromal Katibin berduel dalam babak final nomor men speed IFSC Asian Qualifier Jakarta 2023.

Dua rekan senegara itu saling beradu cepat memanjat menuju puncak lintasan dengan bayangan “tiket emas” Olimpiade Paris 2024 menanti mereka di garis finis.

Tak nampak keraguan di setiap keputusan langkah yang mereka ambil. Tangan dan kaki mereka kompak berkompetisi untuk menapakkan ancang-ancang dan memanjat ke pundakan berikutnya.

Sayangnya, langkah Kiromal Katibin terhenti di pertengahan jalan lantaran cengkereman tangannya terlepas sehingga mencatatkan jatuh atau fall. Meski begitu, ia tetap melanjutkan panjatan hingga menekan tombol pencatat waktu.

Jatuhnya atlet asal Batang, Jawa Tengah tersebut membukakan pintu kemenangan yang lebar kepada Rahmad Adi yang memanjat tanpa henti hingga puncak dan mencatatkan waktu 5,35 detik.

Sorak sorai penonton yang meneriakkan nama Rahmad menggema untuk merayakan kemenangan Indonesia. Ketegangan yang sempat terasa, berubah menjadi euforia kebanggaan atas nama Merah Putih.

Nama Rahmad pun keluar sebagai pemenang turnamen kualifikasi di tingkat kontinental Asia tersebut. Selain penghargaan, ia juga membawa pulang tiket menuju Olimpiade 2024 di Paris.

Persaingan dalam memperebutkan tiket Olimpiade pada kompetisi tersebut sangat terasa, yang makin menambah hawa panas Jakarta. Atlet-atlet dari 15 negara yang bertanding berupaya memberikan performa terbaik mereka, termasuk para pemanjat 
Indonesia.

Enam atlet disiplin speed dan enam atlet disiplin combined (boulder & lead) Indobesia mengeluarkan kemampuan mereka dalam turnamen yang digelar oleh federasi panjat tebing internasional tersebut serta menunjukkan bahwa Indonesia bukanlah pesaing yang bisa dianggap enteng.

Dari disiplin combined (boulder & lead), atlet asal DI Yogyakarta Sukma Lintang Cahyani dan Raviandi Ramadhan berhasil lolos ke babak final. Kelolosan keduanya adalah hal yang tak disangka-sangka dan menjadi suatu capaian mengejutkan di tengah surutnya prestasi pada disiplin tersebut.

Meski begitu, masih ada pekerjaan rumah bagi skuad Merah Putih agar bisa menorehkan tulisan “bertinta emas” di panggung internasional cabang olahraga panjat tebing.

Baca juga: Impian besar Rahmad Adi menuju Olimpiade 2024 Paris
Baca juga: Menpora apresiasi capaian tiket Olimpiade panjat tebing


Berikutnya: Menelisik performa timnas panjat tebing indonesia

Performa pemanjat tebing indonesia

IFSC Asian Qualifier Jakarta 2023 digelar pada tanggal 9-12 November 2023 dengan diikuti para atlet dari 15 negara. Indonesia sendiri mengirimkan 12 atlet, enam atlet untuk nomor speed dan enam atlet untuk nomor boulder & lead.

Dari nomor speed putra, ada Veddriq Leonardo, Rahmad Adi Mulyono, dan Kiromal Katibin. Sedangkan untuk putri, ada Rajiah Sallsabillah, Amanda Narda Mutia, dan Nurul Iqamah.

Dari nomor combined (boulder & lead) putra, ada si kembar Ramadhan Raviandi dan Ramadhan Ravianto serta Tri Ramadani Putra. Sedangkan dari putri, ada Sukma Lintang Cahyani, Nafatika Astuti, dan Nurul Aisyah Ramadhani Suat.

Perjuangan tim Indonesia dalam disiplin combined (boulder & lead) tidaklah mudah. Lawan mereka yang dari China, Jepang, dan Korea adalah atlet-atlet yang sudah mencatatkan prestasi tersendiri, salah satunya Kim Jain asal Korea yang telah melanglang buana dalam kompetisi internasional.

Indonesia juga menjadikan speed sebagai tumpuan utama untuk meraih tiket ke olimpiade. Walau begitu, bukan berarti para atlet combined tak mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Pada babak kualifikasi, wakil Indonesia masuk dalam 20 besar yang memberikan mereka kesempatan untuk bertarung di semifinal. Pertandingan semifinal pun juga berlangsung sengit. Tidak ada yang tidak bertarung dengan asal-asalan.

Tak disangka, keluarlah dua wakil Indonesia dalam daftar delapan besar yang sukses merebut kursi di final. Dari nomor putra, Raviandi Ramadhan lolos dengan total waktu 79,6 detik dan Sukma Lintang Cahyani lolos di nomor putri dengan total waktu 66,6 detik.

Lolosnya mereka merupakan suatu kejutan membanggakan bagi Indonesia. Meski pada akhirnya tak meraih juara satu maupun dua dan tiga, dengan bertandingnya kedua wakil Tanah Air di babak final, maka otomatis akan menaikkan peringkat skuad Merah Putih pada disiplin tersebut.

Beralih ke kompetisi disiplin speed yang digelar pada Minggu, 12 November 2023, asa masyarakat dicurahkan dengan penuh harap. Veddriq Leonardo yang memecahkan rekor dunia dalam IFSC Climbing World Cup di Korea, digadang-gadang menjadi peraih tiket ke Paris.

Rajiah Sallsabillah yang juga digadang-gadang sebagai terbaik kedua setelah China dalam nomor tersebut, menempati posisi kedua pada babak kualifikasi di bawah Deng Lijuan asal China dengan catatan waktu 6,96 detik dan 7,93 detik.

Amanda Narda Mutia menyusul di posisi keempat dan Nurul Iqamah mengikuti di belakangnya pada peringkat kelima. Seluruh wakil Indonesia sukses masuk dalam peringkat 16 besar yang mana akan membawa mereka ke babak final.

Persaingan yang berlangsung membuat para penonton yang hadir menonton secara langsung seolah menahan nafas ketika menyaksikan ketegangan pertandingan.

Wakil Indonesia sukses lolos hingga ke babak empat besar final, yaitu Rajiah Sallsabillah dan Amanda Narda Mutia. Pada babak tersebut, Rajiah melawan Jeong Jimin dari Korea dan Amanda melawan Deng Lijuan.

Sayangnya, Rajiah dan Amanda gagal, sehingga beradu di small final untuk memperebutkan medali perunggu. Hasilnya, Rajiah keluar sebagai pemenang dengan catatan waktu 6,73 detik, sedangkan Amanda tercatat fall.

Terkait kegagalannya itu, Amanda mengaku ia terlalu “excited” sehingga kurang tenang ketika memanjat yang berakhir pada kejatuhannya. Hanya raih perunggu, Rajiah juga mengaku merasa antara senang dan sedih. Senang karena bisa tampil maksimal dalam pertandingan, namun sedih karena belum bisa membawa pulang tiket ke Olimpiade.

Pertandingan pun berlanjut ke babak kualifikasi speed putra yang juga tak kalah ketatnya. Pada babak 16 besar nomor putra, Veddriq mendapatkan kemenangan mudah usai lawannya Jung Yongjun asal Korea mencatatkan false start.

Rahmad Adi Mulyono dan Kiromal Katibin juga mencatatkan waktu lebih cepat dari pesaingnya sehingga mereka bertiga melenggang maju hingga ke babak delapan besar.

Sayangnya, pada babak delapan besar, Veddriq harus mengakui kekalahannya atas Rahmad Adi karena terpeleset di tengah-tengah panjatan. Nama Rahmad pun muncul sebagai pemenang yang maju ke babak empat besar bersama Kiromal Katibin hingga keduanya berakhir di final.

Babak final pun menjadi tempat pertemuan antara Rahmad dan Kiromal untuk membawa Indonesia ke Olimpiade Paris. Namun, di tengah-tengah pertandingan, Kiromal jatuh dan kemenangan pun diraih oleh Rahmad yang mencatatkan waktu 5,35 detik.

Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia Yenny Wahid mengatakan prestasi yang ditorehkan tim Indonesia dalam laga tersebut sudah sesuai target yang memang dari awal menargetkan satu tiket ke Olimpiade 2024 dari nomor speed putra.

Bahkan, kata dia, ada bonus-bonus dari nomor disiplin boulder & lead karena target awal adalah semifinal, yang mana hasil mengejutkan Raviandi dan Sukma masuk ke final berkontribusi mengangkat peringkat Indonesia ke peringkat tujuh.

Capaian itu merupakan modal bagi cabang olahraga panjat tebing untuk membuka jalan kemenangan bagi tim boulder & lead Indonesia di pertandingan internasional mendatang.

Baca juga: Kiromal Katibin tatap perjuangan menuju Olimpiade Paris
Baca juga: Veddriq alihkan fokus ke kualifikasi lain menuju Olimpiade Paris
Baca juga: FPTI: Indonesia masih berpeluang rebut tiket Olimpiade lewat dua seri


Berikutnya: Harapan tiket menuju Olimpiade berikutnya

Tiket Olimpiade berikutnya Tiket ke Olimpiade yang diraih oleh Rahmad Adi Mulyono menambah satu tiket bagi Indonesia yang sebelumnya diraih oleh Desak Made Rita Kusuma Dewi dari nomor speed putri yang meraih emas dalam Piala Dunia Panjat Tebing di Bern, Swiss.

FTPI bersama Kemenpora menyatakan akan berkolaborasi untuk membina para atlet demi memboyong tiket ke acara olahraga empat tahunan itu pada kualifikasi selanjutnya yang akan digelar di Shanghai dan Budapest pada tahun 2024.

Rajiah Sallsabillah yang belum berhasil meraih tiket, menyatakan tekadnya untuk kembali mengikuti kualifikasi demi meraih impiannya tersebut. Begitu pula atlet-atlet speed yang lainnya yang mulai menjadikan kualifikasi mendatang sebagai gol baru.

Sementara itu, modal yang telah didapatkan oleh nomor boulder & lead berupa peringkat, akan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para atlet untuk mengejar tiket Olimpiade Los Angeles 2028.

Sukma Lintang Cahyani yang baru berusia 19 tahun, mengatakan bahwa ia akan memanfaatkan usianya yang muda saat ini untuk mengumpulkan jam terbang dengan mengikuti berbagai pertandingan demi mewujudkan satu gol: tiket menuju Olimpiade 2028.

Diharapkan, Indonesia tak perlu lagi bertumpu pada nomor speed untuk menorehkan prestasi. Bukan tak mungkin Indonesia akan mampu menuliskan kemenangan dengan “tinta emas” dalam dua disiplin panjat tebing yang dipertandingkan.


Baca juga: Rajiah Sallsabillah raih perunggu di speed women IFSC Asian Qualifier
Baca juga: Rahmad Adi rebut tiket Olimpiade Paris usai menangi Asian Qualifier
Baca juga: Indonesia jaga asa di nomor speed Asian Qualifier
Baca juga: Raviandi dan Lintang melaju ke final combine IFSC Asian Qualifier


Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2023