Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) meningkatkan produksi 6.600 barel minyak per hari (BOPD) dari Lapangan Minyak Petani melalui penerapan inovasi digital dan automation pada kalkulasi penentuan lokasi sumur produksi yang akan dibor.

Melalui metode numerik berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang diberi nama integrated precision automated drilling infill (i-PADI) tersebut, Lapangan Petani di Kabupaten Bengkalis, Riau menyumbang tambahan 4 persen dari total produksi minyak PHR dari WK Rokan serta tambahan Rp3,7 triliun pendapatan bagi negara.

Executive Vice President Upstream Business PHR Edwil Suzandi mengatakan bahwa i-PADI membuka harapan baru bagi Lapangan Petani dan banyak lapangan minyak lain.

"Dengan teknologi ini, lapangan yang sebelumnya dianggap sulit untuk dikembangkan karena usianya, kini bahkan menjadi tulang punggung produksi nasional," ungkap Edwil dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

i-PADI memanfaatkan teknologi AI dengan metode fuzzy logic training. Secara umum, sistem akan secara simultan melakukan komputasi data baru dan mengintegrasikannya dengan data puluhan tahun yang pernah tercatat dari lapangan ini. Hasil simulasi AI berhasil mengurangi potensi kesalahan kalkulasi dalam menentukan kandidat sumur baru yang akan dibor.

Senada dengan Edwil, Team Manager Well Development SLO North Nugroho Jati menuturkan bahwa pencapaian tersebut membuktikan lapangan tua masih memiliki potensi besar ketika dilakukan penerapan teknologi yang lebih terkini.

"Inovasi ini membuktikan bahwa dengan metode yang tepat, lapangan yang dulu dianggap mature tetap dapat menjadi penyumbang signifikan dalam peningkatan produksi minyak," ujar Jati.

Ia mengharapkan metode itu dapat diadopsi di lapangan lain yang memiliki karakteristik serupa.

Di tingkat regional Pertamina, PHR melalui Team Asset Development SLO North mendapat penghargaan sebagai the Best FT Prove CIIF Regional-1 2023 atas inovasi i-PADI.

Pendekatan yang dilakukan PHR tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf dalam forum International Oil & Gas Forum (IOG) 2023, di Nusa Dua, Bali, September lalu.

Dalam paparan yang berjudul Indonesia Upstream Oil and Gas: Long Term Business Plan, Nanang mengatakan di masa mendatang, kehandalan bisnis hulu migas Indonesia tidak saja bergantung kepada ketersediaan modal, tetapi juga inisiatif-inisiatif penerapan teknologi yang intensif untuk meningkatkan produksi.

Lapangan Petani merupakan salah satu lapangan terbesar di Sumatera Light Oil North, WK Rokan. Ditemukan pada 1964, lapangan tersebut mulai berproduksi sejak 1968 dengan jumlah produksi awal sebesar 17.000 ribu BOPD. Puncak produksi minyak dari lapangan itu terjadi pada 1971, dengan jumlah produksi sebesar 100.0000 BOPD.

Secara alamiah tingkat produksi lapangan tersebut terus menurun hingga lebih kurang 4.000 BOPD pada saat dialih kelola kepada PHR pada Agustus 2021.

Baca juga: Pertamina Hulu Rokan raih predikat TKDN terbaik "gross split" 2023
Baca juga: PHR sumbang PNBP Rp76 miliar dari pengelolaan aset Barang Milik Negara
Baca juga: PHR terus tingkatkan produksi meski lapangan migas semakin tua

 

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023