Wonosobo, (ANTARA News) - Kerusakan kawasan Dataran Tinggi Dieng yang merupakan hulu sungai dan daerah aliran sungai Serayu berada dalam kondisi mencemaskan, kata Bupati Wonosobo Abdul Kholiq Arief. "Sejauh mata memandang hanya tampak hamparan tanaman kentang yang telah menggantikan pepohonan," katanya saat pencanangan Gerakan Wonosobo Menanam (GWM) Tahun 2006 oleh Menteri Kehutanan RI Malam Sambat Ka,ban di Wonosobo, Sabtu (22/7). Lahan kritis seluas delapan ribu hektare, katanya, terjadi di wilayah Wonosobo dan Banjarnegara. Posisi geografis Wonosobo yang strategis dengan curah hujan cukup tinggi menjadikan kawasan itu mempunyai arti dan fungsi penting secara hidrologi bagi daerah-daerah di sekitarnya. Ia mengatakan, di kawasan Dieng telah terjadi peningkatan erosi dari 20 ton per hektare per tahun pada Tahun 2000 menjadi 160 ton per hektare per tahun saat ini atau peningkatan delapan kali lipat dalam enam tahun terakhir. Dampaknya, katanya, terjadi tingkat erosi 10 milimeter per tahun dalam kurun 30 hingga 50 tahun ke depan. Secara teoritis lapisan tanah subur setebal 30-50 sentimeter akan hilang. "Apabila dibiarkan dampaknya akan terjadi proses desertifikasi (penggurunan) yang disertai potensi bencana lainnya seperti tanah longsor dan banjir yang akan menjadi bencana periodik di kawasan dalam cakupan DAS (Daerah Aliran Sungai,red) Serayu dan sekitarnya," katanya. Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan XI Departemen Kehutanan Wilayah Jawa-Madura, katanya, dalam waktu tiga tahun terakhir telah terjadi 17 kali banjir dan 70 tanah longsor di Wonosobo. Selain itu, katanya, Wonosobo memiliki wilayah rawan bencana seluas 2.199 hektare, dan hanya empat hektare yang berhutan. Ia menegaskan Pemda Wonosobo prihatin terhadap kondisi wilayahnya dan kemudian menggagas GWM dengan didukung berbagai pihak seperti Pemda Provinsi Jateng, masyarakat, LSM dan lembaga terkait. GWM ditindaklanjuti secara integratif dan partisipatif melalui Pilot Site Dieng yang disebut Program Pemulihan Dieng (PPD). Ia menyatakan telah menerima mandat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung ke daerah itu beberapa waktu lalu untuk melaksanakan reboisasi kawasan. "Keberadaan tanaman keras mutlak diperlukan agar wilayah ini dapat berfungsi optimal meresap air hujan sekaligus sebagai sumber mata air. Atas dasar itu perlu dilakukan penanaman pohon kembali yang jenisnya memenuhi kriteria secara ekonomis maupun kekhasan potensi di seluruh wilayah guna menjaga ekosistem," katanya. GWM merehabilitasi lahan dan pengelolaan DAS, penguatan kapasitas para pihak dan masyarakat untuk mendukung pengelolaan lahan berkelanjutan, pemulihan kawasan terdegradasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan sinergi berbagai pihak dalam perencanaan, implementasi dan monitoring melalui strategi pengelolaan sumber daya alam secara partisipatif. Seluruh masyarakat Wonosobo di 15 kecamatan dan 265 desa atau kelurahan terlibat GWM. Siswa sekolah juga terlibat sebagai pelaku penanaman sekaligus kampanye program kementerian kehutanan yakni Kecil Menanam Dewasa Memanen. Ia menjelaskan, GWM dengan dana sekitar Rp1,045 miliar telah menghimpun 548.507 bibit berbagai jenis tanaman seperti sengon, suren, mahoni, damar dan buah-buahan. Bibit tanaman itu berasal dari swadaya masyarakat, anak sekolah, instansi pemerintah hingga perangkat desa serta bantuan donatur. Lahan potensial sebagai sasaran GWM antara lain 730 SD hingga SLTA, 148 pondok pesantren, 810,1 kilometer jalan kabupaten, 900 kilometer jalan desa, lapangan desa, pemakaman umum, 168 sumber air, bantaran sungai, waduk, telaga, lingkungan pemukiman, kantor pemerintah dan swasta serta lahan tidur. "Untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat, pada Tahun 2007 dan seterusnya direncanakan hasil GWM akan dilombakan," katanya. Pada kesempatan itu Bupati Kholiq Arief dan sejumlah penggagas GWM menerima sertifikat Museum Rekor Indonesia (MURI) karena kegiatan itu memecahkan rekor penanaman pohon secara serentak dengan jumlah terbanyak yakni 548.507 bibit pohon. Rekor itu tercatat MURI pada urutan ke-2021. Sertifikat MURI diberikan Manajer MURI Paulus Pangka kepada Bupati Kholiq Arief.(*)

Copyright © ANTARA 2006