Jakarta (ANTARA) -
Museum Nasional bakal hadir dengan wajah baru sekitar akhir tahun 2024 dan dilengkapi dengan sistem mitigasi kebakaran yang lebih canggih.
 
"Ini sebuah pembelajaran. Di bangunan baru nanti, sistem pencegahan kebakaran tentunya lebih canggih daripada heritage atau penggunaan lama. Lebih baguslah, karena kejadian itu (kebakaran pada 16 September 2023) tentunya menjadi pembelajaran besar bagi kami," kata Kurator Museum Nasional Indonesia Budiman di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, pada Kamis.
 
Ia menjelaskan, sistem penanganan kebakaran di museum tidak dapat dipasang secara sembarangan, harus melalui kajian secara detail karena ada banyak benda cagar budaya yang harus dilindungi.
 
"Seperti sprinkle (percikan) tidak bisa langsung air karena di sana ada benda-benda cagar budaya, kalau terkena air bisa berbahaya, mungkin ada metode-metode lain yang bisa diterapkan dan itu sedang kami kaji menjadi program ke depan," ujar dia.

Baca juga: Museum Nasional telah selamatkan 90 persen koleksi pascakebakaran

Baca juga: Menyelami gemilang histori film dan bioskop di Museum Sejarah Jakarta
 
Ada enam bangunan di bagian belakang gedung A yang proses konservasinya melibatkan arsitek dan para ahli dari luar negeri, di antaranya dari Prancis dan Amerika Serikat. Saat ini, tim konservasi sedang melakukan kajian apakah bangunan akan dikembalikan seperti semula atau baru.
 
Sementara itu, Subkoordinator Konservasi Museum dan Cagar Budaya Indonesia Nahar Cahyandaru mengutarakan bahwa hingga saat ini objek yang berhasil diselamatkan dari lokasi kebakaran masih disimpan di ruang temporer untuk dilakukan pendataan ulang, dan diidentifikasi berdasarkan prioritas.
 
"Saat ini kita masih melakukan stabilisasi, dan mempertimbangkan beberapa koleksi prioritas yang akan dipamerkan sekitar Januari-Februari 2024," ucap Nahar.
 
Kemudian, pihaknya juga sudah melakukan klasifikasi untuk melihat risiko kerusakan dari masing-masing koleksi. Di akhir tahun 2023 ini, tim fokus pada konservasi material-material yang sudah ditemukan.
 
"Yang diamankan sebetulnya sudah lebih dari 90 persen, karena kita sudah mencapai 728 koleksi, dari sekian itu sudah kita kategorikan, dan ada 171 koleksi yang perlu mendapatkan penanganan segera. Dari 171 itu, kita sudah selesaikan 28, sisanya sedang diproses saat ini," katanya.
 
Ia menjelaskan, 171 koleksi yang menjadi prioritas mayoritas berbahan logam, baik itu besi, perunggu, atau jenis lainnya, dan sudah diklasifikasikan berdasarkan warna merah (prioritas penanganan tinggi), kuning (sedang), dan hijau (rendah).
 
"Sudah kita petakan, setelah ini kita stabilisasi, sehingga untuk langkah selanjutnya kita sudah dalam posisi yang lebih jernih dalam berpikir dan bertindak untuk merestorasi. Untuk yang pecah kita sambung, yang retak kita rekatkan, perubahan-perubahan bentuk juga kita coba kembalikan seperti semula," tuturnya.
 
Stabilisasi benda bersejarah ditentukan berdasarkan laju korosinya, dan selanjutnya akan dipertimbangkan dari segi nilai penting.
 
"Stabilisasi itu, misalnya saya berikan contoh keris yang ada korosi aktif, kalau itu dibiarkan akan cepat sekali korosinya, karena besi karakteristiknya begitu. Laju korosi akan menjadi pemicu korosi berikutnya. Ini yang harus kita tangani segera," paparnya.
 
Untuk revitalisasi bangunan, Nahar menegaskan bahwa penanganannya masih menunggu pembahasan dari tim ahli cagar budaya.
 
"Sejauh yang kami ikuti, arahnya memang akan dikembalikan ke keaslian, tetapi pastinya kita akan tunggu rekomendasi dari tim ahli cagar budaya nasional," kata dia.
 
Ia mengemukakan, setelah ini pihak Museum dan Cagar Budaya akan terus berbenah.
 
"Kejadian ini menjadikan kita banyak mengambil hikmah, kita akan belajar banyak dari pengalaman ini untuk lebih bagus lagi, dan yang kita lakukan tidak hanya menyelamatkan koleksi, tetapi juga membenahi sistem agar menjadi lebih baik," tuturnya.*

Baca juga: Museum bisa jadi tempat menarasikan koleksi dan tanamkan budi pekerti

Baca juga: Akademisi Unsoed sebut pengesahan RUU Permuseuman sangat mendesak

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023