Kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak di Kota Yogyakarta rata-rata disebabkan respiratory syncytial virus (RSV), jamur, atau bakteri
Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menyebut tidak menemukan adanya infeksi bakteri mycoplasma pneumonia dari ratusan kasus pneumonia pada anak yang muncul di wilayah ini.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah di Yogyakarta, Jumat, menuturkan seluruh kasus pneumonia di kota itu merupakan pneumonia biasa dengan kategori ringan hingga sedang.

"Masih sampai dengan kategori sedang sehingga tidak memerlukan rawat inap," kata Lana.

Sebagian besar kasus pneumonia atau kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak di Kota Yogyakarta rata-rata disebabkan respiratory syncytial virus (RSV), jamur, atau bakteri selain mycoplasma pneumonia.

Lana menyebutkan sejak pekan pertama 2023 hingga pekan ke-47 tercatat sebanyak 156 kasus pneumonia pada anak yang dirawat di RSUD Kota Yogyakarta.

Sementara, berdasarkan data 18 puskesmas di Kota Yogyakarta tercatat total sebanyak 441 kasus pneumonia pada anak sejak Januari hingga Oktober 2023.

Baca juga: Bali antisipasi masuknya pneumonia lewat pintu Bandara Ngurah Rai

Baca juga: Gejala pneumonia anak umumnya diawali demam, batuk atau pilek


Menurut Lana, jumlah kasus pnemumonia tersebut tidak mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan data tahun lalu dan seluruhnya sudah sembuh.

Karena masih kategori ringan hingga sedang, menurut dia, cukup ditangani dengan rawat jalan serta pemberian obat-obatan tanpa diperlukan pemeriksaan PCR atau pemeriksaan di laboratorium.

"Kalau tidak menunjukkan gejala yang parah kita tidak sampai pemeriksaan laboratorium yang ke arah sana ya," kata dia.

Lana mengimbau masyarakat di Kota Yogyakarta tidak perlu panik sembari tetap melakukan upaya pencegahan, salah satunya dengan memastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap.

Menurut dia, dalam program imunisasi lengkap yang dicanangkan pemerintah sudah ada vaksin pentavalen dan PCV yang dinilai mampu mecegah mycoplasma pneumonia.

"Jangan sampai terlewat jadwalnya untuk imunisasi yang sudah sedemikian lengkap pada anak-anak balita. Capaian imunisasi kita belum sampai 100 persen," kata dia.

Dia berharap tidak ada masyarakat yang menolak imunisasi, serta tidak ada lagi narasi yang menuding adanya bisnis vaksin menghadapi mycoplasma pneumonia.

"Kadang-kadang masyarakat kita kemudian berpikir ini jualan vaksin, wong vaksinnya semuanya gratis kok tidak ada yang berbayar," kata dia.

Sebagai upaya pencegahan, Lana juga mengimbau masyarakat membiasakan kembali protokol kesehatan seperti memakai masker serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu menyebut pemantauan kasus ISPA di seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di wilayah ini diintensifkan untuk mencegah kasus pneumonia akibat infeksi bakteri mycoplasma pneumoniae.

Pemantauan intensif telah dilakukan pada 18 puskesmas yang tersebar di Kota Yogyakarta melalui sistem informasi manajemen puskesmas (Simpus).

Langkah itu menyusul terbitnya surat edaran Kemenkes RI Nomor PM.03.01/C/4632/2023 tentang kewaspadaan terhadap kejadian mycoplasma pneumonia di Indonesia.

Baca juga: Dinkes DKI sosialisasikan tiga cara cegah mycoplasma pneumonia

Baca juga: Vaksinasi dan jaga jarak cegah mycoplasma pneumonia pada anak

 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023