Jakarta (ANTARA) - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI fokus memperkuat fondasi literasi keluarga melalui tiga pilar, yakni pada kelompok pranikah, keluarga yang akan memiliki anak, dan anak usia emas 0-6 tahun.

"Yang pertama adalah kelompok pra nikah, akan diberikan edukasi untuk memiliki kesadaran yang baik, bagaimana membangun hubungan keluarga yang harmonis, memahami reproduksi dan lain-lain, sehingga bisa menjadi keluarga bahagia setelah menikah," kata Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan pada Perpusnas RI Adin Bondar di Jakarta, Selasa.

Kedua, yakni pada keluarga yang akan memiliki anak, mengingat perlunya ada edukasi melalui konten-konten literasi yang bisa diakses secara digital.

"Dan yang ketiga, pada tahap anak pada usia emas 0-6 tahun, melalui stimulasi berbagai kegiatan edukatif yang dilakukan keluarga," katanya.

Literasi digital berbasis keluarga menjadi perhatian khusus karena belum maksimalnya hasil tes program penilaian pelajar internasional atau PISA untuk Indonesia.

"Ada peningkatan lima poin, tetapi dari segi literasi lain belum menguntungkan. Perpusnas melihat hal ini disebabkan karena belum matangnya persiapan literasi di dalam keluarga, sehingga perlu mengembangkan perluasan akses informasi dan pengetahuan untuk membangun tiga pilar keluarga yang sudah disebutkan," ujar dia.

Baca juga: Peningkatan budaya membaca kunci wujudkan masyarakat berkarakter

Pemerintah melalui Perpusnas, sambung Adin, juga akan mengirimkan pesan berantai melalui aplikasi WhatsApp ke gawai seluruh generasi muda Indonesia, yang di dalamnya terdapat akses untuk kanal-kanal bacaan.

"Misalnya ada literasi pranikah bagi yang mau menikah, tinggal klik, sehingga dengan mudah bisa mendapatkan bahan bacaan," tuturnya.

Untuk mendukung hal tersebut, Perpusnas telah melakukan pengembangan kanal digital seperti Bintang Pusnas Edu yang dapat diakses melalui gawai, dimana ada 1,5 juta salinan buku digital. Kemudian, ada iPusnas yang merupakan platform digital bergerak yang bisa dinikmati masyarakat dengan 1,2 juta buku digital.

"Untuk ke depan, kami akan mengembangkan aplikasi Titik Baca, dan sudah dimasukkan buku bacaan sesuai kebutuhan, termasuk bekerja sama dengan Kemendikbudristek yang akan mengeluarkan buku-buku bermutu dalam rangka meningkatkan kecakapan literasi," ungkapnya.

Baca juga: Perpusnas raih predikat opini kualitas tinggi sebagai lembaga publik

Selain itu, lanjutnya, Perpusnas juga telah mengembangkan program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS) dan menyediakan akses bahan bacaan melalui layanan perpustakaan keliling.

Kemudian, juga mengembangkan pojok baca digital di ruang publik dengan konsep perpustakaan konvensional dan digital, serta pembinaan dan pengembangan terhadap para pegiat literasi.

"Kami punya 2.045 mitra forum taman baca masyarakat di seluruh Indonesia. Kemudian, ada pustaka bergerak yang menjangkau 3.000 titik supaya masyarakat mendapatkan akses untuk membaca. Untuk para pegiat literasi, ada di komunitas, semua bergerak dan jadi model sosial untuk dekat dengan masyarakat," paparnya.

Hingga Desember 2023, Perpusnas juga telah mengukuhkan 535 bunda literasi di berbagai daerah, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota hingga kecamatan.

"Perpusnas tidak bisa bergerak sendiri untuk mengembangkan budaya literasi. Kehadiran para bunda literasi ini menjadi semacam role model betapa pentingnya literasi dapat mengubah kehidupan menjadi lebih baik," demikian Adin Bondar.

Baca juga: Perpusnas: Keluarga fondasi awal budaya literasi di era digital
Baca juga: Kemenkominfo luncurkan buku literasi panduan bijak di ruang digital

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023