Makassar (ANTARA) - Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Makassar melakukan pengawasan ketat terhadap pengungsi dari luar negeri jelang pergantian tahun yang tinggal menghitung hari.

Kepala Rudenim Makassar Atang Kuswana di Makassar, Jumat, mengatakan bahwa pengawasan dilakukan secara ketat oleh petugas imigrasi di setiap tempat penampungan atau community house (CH).

"Kita ingin memastikan pergantian tahun ini berjalan lancar dan kondusif tidak ada gangguan kamtibmas. Makanya, kami lakukan pengawasan ketat," ujarnya.

Atang mengatakan semua pengungsi atau pencari suaka politik dari luar negeri akan tetap berada di tempat penampungan pada malam pergantian tahun karena dikhawatirkan akan berpotensi terjadi gangguan kamtibmas.

Dia menjelaskan pengawasan dilakukan sejalan dengan arahan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk melakukan Operasi Pengawasan Orang asing secara serentak di seluruh wilayah Indonesia.

Selain itu, petugas juga terus menyosialisasikan kepada pengungsi untuk mematuhi protokol kesehatan dan tidak melakukan aktivitas yang melanggar hukum.

Baca juga: Polresta catat 190 warga Rohingya kabur dari penampungan selama 2023

Baca juga: Pakar UM Surabaya ingatkan pengungsi Rohingya punya hak

Baca juga: Analis: waspadai gelombang penyelundupan yang mengatasnamakan Rohingya


"Totalnya ada 20 community house di Sulawesi Selatan. Kami mengimbau kepada pengungsi untuk tetap menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan penampungan serta tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kami juga mengingatkan mereka untuk tidak keluar tanpa izin, apalagi pada malam tahun baru,” katanya.

Atang menambahkan bahwa jumlah pengungsi di Makassar saat ini mencapai 1.018 orang, yang berasal dari berbagai negara seperti Afghanistan, Somalia, Iran, Irak, Pakistan, dan lainnya.

Mereka tinggal di CH yang tersebar di beberapa wilayah di Makassar, seperti Tamalanrea, Biringkanaya dan Panakkukang

“Kami berharap pengungsi dapat menjalani masa penampungan dengan baik dan tenang, serta menghormati budaya dan adat istiadat masyarakat Makassar. Kami juga berterima kasih kepada pemerintah daerah dan masyarakat yang telah memberikan dukungan agar pengawasan kepada pengungsi berlangsung dengan baik,” tutur dia.

Atang mengaku bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan UNHCR (Badan PBB untuk Pengungsi) dan IOM (Organisasi Internasional untuk Migrasi) untuk menangani masalah pengungsi di Makassar. Ia berharap ada solusi permanen bagi pengungsi, baik itu penempatan di negara ketiga dan repatriasi sukarela.

“Semoga tahun 2024 dapat membawa harapan baru bagi pengungsi, agar mereka dapat menemukan tempat yang aman dan sejahtera untuk hidup,” ucap Atang.

Baca juga: Polisi tetapkan dua lagi tersangka penyelundup Rohingya ke Aceh

Baca juga: Pj Gubernur belum bisa pastikan soal relokasi Rohingya dari Aceh

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2023