Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kebidanan dan kandungan sub-spesialis onkologi dari Rumah Sakit PELNI Yuri Feharsal menyampaikan bahwa perkembangan kanker serviks bisa dicegah dengan menghentikan perilaku berisiko dan menjalani tindakan penanganan tepat.

Dalam gelar wicara kesehatan via daring pada Sabtu, ia menjelaskan bahwa kanker serviks bermula dari infeksi human papillomavirus (HPV) pada leher rahim yang normal.

"Kalau daya tahan tubuh dari perempuan itu bagus dan tidak merokok atau melakukan hal yang memicu perkembangan HPV, dalam satu tahun infeksi akan sembuh sendiri, sehingga menjadi normal kembali, (ada) clearance, atau HPV akan hilang dari leher rahim," kata dokter lulusan Universitas Indonesia itu.

Namun, Yuri melanjutkan, infeksi HPV bisa kembali terjadi pada individu yang rentan atau terpapar faktor risiko.

Yuri menjelaskan, apabila infeksi berulang maka bisa terjadi persistensi infeksi yang menyebabkan infeksi HPV berubah menjadi lesi pra-kanker pada serviks.

Menurut dia, lesi pra-kanker pada beberapa kasus dapat mengalami regresi menjadi normal kembali jika perilaku berisiko dihentikan atau daya tahan tubuh kuat.

Namun, jika lesi pra-kanker tidak ditangani dan infeksi HPV menjadi persisten, maka lesi tersebut dapat berkembang menjadi kanker yang menyebar.

Yuri menyampaikan bahwa proses lesi berkembang menjadi kanker yang menyebar memerlukan waktu 10 hingga 20 tahun sehingga ada peluang untuk mencegah perkembangan kanker serviks ke tahap yang lebih parah dengan tindakan pencegahan tepat.

"Proses ini sebenarnya membutuhkan waktu 10-20 tahun, suatu proses yang cukup lama. Jadi mata rantai kanker bisa diputus. Karena dia membutuhkan waktu yang lama, sehingga kita bisa mencegah perkembangan kanker," katanya.

Baca juga: Deteksi dini kunci atasi kanker serviks
Baca juga: Perubahan gaya hidup yang bantu cegah kanker serviks

Pewarta: Putri Hanifa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024