Jakarta (ANTARA) - Perusahaan software-as-a-service (SaaS) Mekari mengungkapkan pentingnya sistem teknologi untuk membantu clock in dan clock out, absensi, karyawan saat tiba dan pulang dari tempat kerja.

Head of Business Mekari Talenta Stevens Jethefer dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu, mengatakan bahwa sistem clock in dan clock out adalah bagian kritis dari manajemen tenaga kerja setiap perusahaan dan bisnis.

Kendati terlihat sederhana, clock in dan clock out sangat berpengaruh pada absensi dan penggajian, selain produktivitas. Oleh sebab itu, perusahaan dan bisnis harus membuat proses dan sistem clock in dan clock out yang mudah, namun, akurat saat digunakan untuk merekam kehadiran karyawan.

Sistem clock in dan clock out yang bagus merekam dengan akurat kehadiran karyawan untuk menjaga kedisiplinan kerja dan terintegrasi juga ke sistem absensi serta payroll untuk mempermudah perhitungan penggajian.

"Sebab itu, sistem clock in dan clock out tidak bisa disepelekan karena berdampak langsung pada pengaturan human resource (HR) dan produktivitas kerja," kata Jethefer.

Baca juga: Mekari kenalkan solusi pengelolaan SDM selama Ramadhan dan Lebaran

Semakin banyak sumber daya manusia yang dimiliki sebuah perusahaa, maka akan semakin kompleks pengaturan jam kerja. Sistem abensi yang otomoatis, efisien dan mudah digunakan berperan penting dalam aktivitas sebuah perusahaan

Dia menambahkan bahwa berbagai perusahaan kini sudah beralih ke teknologi untuk mendukung kelancaran clock in dan clock out.

"Selain kelancaran, teknologi memungkinkan perusahaan mengumpulkan data mengenai pola hadir karyawan yang kemudian bisa digunakan untuk merancang kebijakan HR,” kata Jethefer menambahkan.

Dia pun membagikan tren terkait kebiasaan clock in dan clock out karyawan berdasarkan data Mekari Talenta selama kuartal pertama 2024.

Disiplin waktu

Setiap perusahaan dan bisnis memiliki pola pengaturan jam kerja tersendiri. Ada perusahaan, khususnya industri manufaktur yang menggunakan sistem shift (giliran) dan ada perusahaan, seperti di industri layanan profesional, yang menggunakan sistem flextime.

Apapun pengaturan jam kerja, data menunjukkan bahwa secara umum, karyawan melakukan clock in rata-rata 9 menit lebih awal dari jam masuk dan clock out rata-rata 18 menit setelah jam pulang.

“Bisa dilihat, kebanyakan karyawan cukup disiplin dalam menaati jadwal masuk dan pulang yang ditetapkan perusahaan,” kata Jethefer.

Baca juga: Mengenal Mekari Expense, teknologi kelola reimbursement secara efisien

Pulang "Tenggo"

Sebesar 31 persen karyawan melakukan clock in di antara jam 07:00 - 07:59. Di ujung hari kerja, kebanyakan, atau sama dengan 24 persen karyawan melakukan clock out di antara jam 17:00 - 17:59.

“Karyawan, khususnya mereka yang ngantor, memilih untuk datang lebih pagi agar mereka mempunyai waktu untuk menyiapkan diri untuk bekerja,” kata Jethefer.

Serap tenaga kerja

Perusahaan-perusahaan di industri manufaktur berada di peringkat pertama pengguna sistem clock in dan clock out terbesar, mengingat banyaknya jumlah karyawan mereka. Khusus perusahaan manufaktur, hingga 12 persen dari clock in dan clock out terpusat di Jakarta Barat dan 8 persen terpusat di Tangerang

“Ketepatan tiba dan pulang dari tempat kerja sangat berdampak pada tingkat produktivitas perusahaan manufaktur. Oleh sebab itu, mereka mengedepankan penggunaan sistem clock in dan clock out yang bagus agar mereka bisa mengatur jadwal kerja ratusan karyawan sesuai dengan unit dan fungsi masing-masing,” kata Jethefer.

Baca juga: SaaS, Software entrepreneur yang lagi tren! Ini cara kerjanya

Shift pagi

Untuk industri manufaktur, shift yang paling populer adalah pagi berdasarkan data mayoritas (35 persen) clock in di jam 8:00.

"Hal ini sesuai dengan shift pertama yang biasanya jatuh antara jam 8:00 - 17:00,” kata Jethefer.

Jethefer  menambahkan bahwa ke depannya, teknologi mutakhir akan semakin banyak diadopsi oleh perusahaan dan bisnis untuk memudahkan clock in dan clock out bagi karyawan.

Salah satu teknologi terkini adalah portal nirsentuh di mana karyawan tidak perlu lagi menggunakan sidik jari untuk melakukan absensi.

"Kami melihat bahwa perusahaan-perusahaan sudah mulai mencoba touchless portal dengan facial recognition yang bisa memindai wajah karena nilai tambah yang ditawarkan teknologi tersebut, yaitu tingkat keamanan lebih tinggi," kata dia.

Teknologi facial recognition mengurangi penyalahgunaan identitas karyawan ketika melakukan absensi sambil mempercepat clock in dan clock out karena karyawan tidak perlu lagi berhenti untuk menekan sidik jari atau kartu ke mesin absensi.

Baca juga: Ini alasan Moka perdana luncurkan perangkat inovatif Moka Prime

Baca juga: SIRCLO akuisisi Warung Pintar masuki sektor retail

Baca juga: Exabytes tawarkan keuntungan pakai Google Workspace bagi UMKM


 

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024