Demokrasi yang dibangun masih pragmatis dan tanpa melibatkan partisipasi publik, pada akhirnya menjadi demokrasi yang prosedural,"
Jakarta (ANTARA News) - Demokrasi yang prosedural tidak akan mampu melahirkan pemimpin yang transformatif, kata Ketua DPD RI Irman Gusman.

Hal ini disampaikan Irman dalam dialog kebangsaan bertajuk "Kepemimpinan Transformatif Solusi Pasca Pemilu 2014" di Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta, Kamis.

Irman menyatakan, Pemilu 2014 adalah momentum untuk mengakhiri masa transisi yang telah berlangsung 15 tahun lamanya yang faktanya, kualitas pelaksanaan demokrasi masih menitikberatkan pada hal-hal yang prosedural dan belum menyentuh persoalan substansial.

"Demokrasi yang dibangun masih pragmatis dan tanpa melibatkan partisipasi publik, pada akhirnya menjadi demokrasi yang prosedural," kata Irman dalam siaran persnya.

Tantangan terbesar dalam mewujudkan demokrasi yang substantif adalah pola kepemimpinan transaksional yang masih mendominasi sistem pemerintahan di Indonesia, dimana kepemimpinan transaksional sulit untuk membawa Indonesia mencapai kemandirian ekonomi.

Ia menambahkan, jelang pemilu 2014 adalah tantangan
untuk mencari pemimpin yang transformatif, yakni pemimpin terbaik yang memang diinginkan oleh rakyat Indonesia.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD yang turut hadir dalam acara ini mengungkapkan hal senada. Mahfud mengatakan, kondisi Indonesia saat ini memang banyak dipenuhi oleh pemimpin transaksional, sehingga sulit untuk terjadinya perubahan.

"Pemimpin transaksional dari awal rekruitmen sudah dengan cara membayar, sehingga harus berfikir bagaimana mengembalikan biaya itu," katanya.

Sementara pengamat politik Arbi Sanit menilai, saat nya bagi generasi keempat, yaitu kaum  muda untuk memimpin bangsa. Generasi sebelumnya yang berumur 60 tahun keatas dinilai tidak layak untuk mencalonkan diri dalam Pemilu 2014 mendatang.

"Bisa dilihat dari hasil survei, masyarakat lebih suka generasi keempat seperti Jokowi, Mahfud MD dan Irman Gusman. Sedangkan yang berumur 60 tahun keatas, apalagi ada yang 70 tahun, sudah tidak pantas mencalonkan diri," ujar Arbi.

Permasalahannya, tambah Arbi, partai politik lebih suka memajukan generasi ketiga untuk menjadi calon Presiden.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013